Rabu, 17 Juni 2015

Saling Serang, Enam Terluka



Muara Enim, Palembang Pos.- Aksi demo penghadangan mobil truk batubara yang dilakukan sekitar 100 warga tergabung dalam LSM Gempar, LSM LIPAS, dan LSM Belimbing Bersatu, di simpang Desa Dalam, Kecamatan Belimbing, Muara Enim, berakhir bentrok. Bentrokan itu terjadi antara massa pendemo, dengan sekelompok pemuda diduga sebagai beking truk batubara. Akibat saling serang kedua kelompok itu, membuat enam orang mengalami luka-luka, baik luka tembak, luka bacok, maupun luka bakar terkena siraman air keras cuka para (asam sulfat,red).
Korban terluka dirawat di RSU dr HM Rabain Muara Enim, dan sebagian dirawat di RS Fadillah Prabumulih. Namun, ada juga korba terluka menjalani rawat jalan. Keenam korban terluka itu, tiga dari demonstran, dan tiga lagi dari kelompok pemuda beking truk batubara. Saling serang itu terjadi Selasa (16/6), pukul 20.00 – 21.00 WIB.
Adapun ketiga korban pihak demonstran, Irwandi (47), yang mengalami luka bacok di kepala, dan bahu, hingga menjalani perawatan di RS Fadilah Kota Prabumulih. Kemudian, Aan Saputra (38), mengalami luka bacok di kaki, dan menjalani rawat jalan. Terakhir, Suparman (40), mengalami luka bakar di punggung karena terkena siraman cuka para, namun menjalani rawat jalan. Ketiga korban itu merupakan warga Desa Dalam.
Sementara korban dari kelompok pemuda diduga beking truk batubara, Maradona (25), warga Desa Tanjung Terang, Kecamatan Belimbing, Muara Enim, yang mengalami luka tembak dibagian paha dan hanya mendapatkan rawat jalan.
Selanjutnya Bambang (28), warga Desa Simpang Tanjung, Kecamatan Belimbing, mengalami luka bakar dibagian dada dan sebagian wajah akibat terkena siram cuka para. Selanjutnya Safarudin (35), juga warga Desa Simpang Tanjung, mengalami luka tembak dibagian tumit dan hanya mendapatkan rawat jalan.
Meski terjadi bentrokan, namun para demonstran hingga Rabu (17/6), masih melakukan aksi penghadangan truk batubara. Untuk mengantisipasi bentrokan susulan, personel Polres Muara Enim, dan Polsek Gunung Megang, melakukan penjagaan di sekitar lokasi aksi. Sedangkan kasus bentrokan itu ditangan petugas gabungan Satreskrim Polres Muara Enim, dan Unit Reskrim Polsek Gunung Megang.
Ditemui saat menjalani perawatan di RS Fadillah Prabumulih, koordinasi aksi penghadangan truk batubara Irwandi mengaku, dirinya merupakan korban penyerangan dilakukan kelompok yang tak senang atas aksi unjuk rasa dilakukan pihaknya.
“Sekitar jam 8 malam, kami diserang kelompok Wiwin, yang datang tanpa banyak ngomong, mereka langsung menyerang kami. Karena kami aksi damai, kami sama sekali tidak membawa alat (senjata), sementara mereka bawa golok, pedang, keris,” ujar Irwandi, saat dibincangi kemarin (17/06).
Dalam aksi penyerangan itu, kata pria berperawakan tubuh besar tinggi itu, salah satu anggota kelompok yang menyerang tersebut, mengayunkan parang ke arah kepalanya. Mendapat serangan mendadak, ia tak sempat mengelak, sehingga kepalanya mengalami luka bacok.
“Setelah dibacok, aku langsung berbalik ke arah orang yang menyerang. Waktu itulah Wiwin langsung nusuk lengan aku pakai keris. Aku lihat nian, tangan kanan megang keris, tangan kiri megang sangkarnya,” bebernya.
Merasa terdesak, Irwandi memilih kabur dan bersembunyi dibalik sebuah warung. “Setelah itu aku dak ingat lagi, setahu aku aku langsung dibawa warga ke rumah sakit,” tuturnya seraya mengatakan aksi unjuk rasa dilakukannya diikuti sekitar 200 orang yang berasal dari 3 desa, yakni desa dalam, Desa SBB, dan Desa Cinta Kasih.
Sedangkan Pengurus LSM Gempar Zulkipli yang berhasil dikonfirmasi Rabu (17/6) mengatakan, Selasa (16/6) sekitar pukul 12.00 WIB, masyarakat Desa Dalam bersama LSM Gempar, LSM LIPAS dan LSM Belimbing Bersatu, melakukan aksi demo secara damai penghadangan truk batubara di simpang Desa Dalam.
Aksi demo yang dilakukan, setelah melayangkan surat resmi kepada Polres Muara Enim, instansi terkait dan berkoordinasi dengan Kepala Desa Dalam Suhadam. “Sebelum melakukan aksi damai kami berkordinasi kepada Kades, menanyakan apakah truk batubara melintas di Jalan Lintas Desa Dalam telah memberikan kontribusi ke desa. Saat itu Kades mengatakan belum ada. Atas dasar inilah kami melakukan aksi damai, karena desa lain dapat, kok Desa Dalam tidak dapat,” jelas Zul.
Menurut Zul, aksi damai dilakukan dengan cara menyuruh memutar balik truk batubara, dan mengandangkan truk batubara yang melanggar Perda. Sekitar pukul 14.00 WIB, lanjutnya, pihak Polsek Gunung Megang melakukan mediasi dengan memanggil perwakilan demonstran untuk bertemu dengan perwakilan dari pihak pengurus truk batubara.
Namun pertemuan itu, lanjutnya, tidak membuahkan hasil, karena tidak ada kesepakatan. Lantas perwakilan demonstran kembali ke lokasi aksi. Sekitar pukul 17.00 WIB, lanjutnya, pihak Polsek kembali memanggil perwakilan LSM untuk melakukan mediasi. Namun, lanjutnya, belum sempat masuk ke ruangan kantor Polsek, salah seorang perwakilan dari pihak pengurus truk batubara, sudah terlibat perdebatan dengan perwakilan LSM. “Saat itu perwakilan dari pengurus truk batubara langsung pulang, sehingga kami saja yang berada di ruangan Polsek,” jelas Zul.
Karena tidak jadi melakukan pertemuan, lantas perwakilan LSM kembali pulang ke lokasi aksi demo. Sekitar pukul 20.00-21.00 WIB, tiba-tiba sekelompok pemuda melakukan penyerangan kepada mereka yang tengah melakukan aksi demo. Sekelompok pemuda yang melakukan penyerangan ada yang membawa parang dan pedang.
“Dalam aksi penyerangan itu yang terkena bacok duluan teman kami bernama Irwandi. Melihat teman kami kena bacok, lantas teman-teman yang lainnya melakukan penyerangan balik kepada kelompok pemuda tersebut,” jelasnya.
Sedangkan versi Bambang (28), kelompok pemuda yang diduga sebagai beking truk batubara, juga menjadi korban keributan itu yang dirawat di RSU dr HM Rabain Muara Enim saat dijumpai mengatakan, mereka berjumlah sekitar 70 orang. Tujuan mereka bukan mau melakukan penyerangan, tetapi hendak mengawal truk batubara, supaya bias melintas di tempat aksi penghadangan tersebut.
‘’Ketika kami melakukan pengawalan dan sampai di lokasi demo, tiba-tiba langsung diserang. Ada massa demo yang melempar menggunakan air keras cuka para dimasukkan dalam plastic, dan ada juga yang mengelaurkan tembakan,” jelas Bambang. Akibat serangan itu membuat dia terkena siram cuka para dan berusaha menyelamatkan diri. “Aku langsung lari karena badanku sudah luka terkena cuka para, dan terasa sangat panas,” jelasnya.

#Bupati Minta Kedua Pihak Menahan Diri
Di sisi lain, aksi saling serang kedua kelompok itu, disikapi secara serius oleh Bupati Muara Enim Ir Muzakir Sai Sohar. Orang nomor satu di Muara Enim ini, langsung mengadakan rapat tertutup dengan jajaran Polres Muara Enim, Badan Satpol PP, dan Kesbangpol Muara Enim, Rabu (17/6) siang.
Rapat yang berlangsung di ruang rapat Bupati itu, membahas beberapa permasalahan untuk menyelesaikan keributan antara kedua kelompok tersebut. “Tadi rapat dengan Pak Bupati, hasilnya beliau meminta Badan Satpol PP dan Linmas, bersama Kesbangpol untuk turun ke lokasi, guna meredam emosi kedua belah pihak,” jelas Kapolres Muara Enim AKBP Nuryanto SIk, melalui Kabag Ops Kompol Andi Kumara usai mengikuti rapat tersebut.
Dari pihak Polres, lanjutnya, juga terus melakukan pengamanan di lokasi kejadian, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Polres, lanjutnya, terus melakukan langkah langkah antisipasi untuk meredam situasi di lapangan, dengan melakukan pendekatan kepada kedua belah pihak.
Sedangkan kepada korban akibat keributan tersebut, telah dilakukan upaya penyelidikan, dengan melakukan identifikasi korban dan pengecekan di lapangan. Selain itu para korban juga telah dilakukan visum untuk proses penyelidikan. Dia berharap agar kedua belah pihak bisa menahan diri, sehingga permasalahan tersebut bisa terselesaikan dengan baik, tidak sampai menimbulkan konflik sosial.
Sedangkan sebelumnya, Kapolres Muara Enim AKBP Nuryanto SIk MSi, melalui Kasat Reskrim AKP M Khalid Zulkarnain, ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian itu. Pihak kepolisian terus melakukan pengamanan di lokasi kejadian untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.      
Sementara Pengurus Forum Komunikasi Badan Permusyawaratan Desa (FK BPD) Kecamatan Belimbing Herianto, dikonfirmasi juga membenarkannya, dan sangat menyesalkan kejadian itu. “Kita ini masih merupakan satu kesatuan dalam Marga Petulai Belimbing. Sehingga semua permasalahan bisa diselesaikan secara damai, dengan kepala dingin, tidak perlu terjadi keributan seperti sekarang ini,” jelas Herianto, didampingi Bendahara Muhammad Arwan.
Dia mengajak kedua belah pihak duduk satu meja menyelesaikan semuanya, tanpa harus ada keributan. “Sebagai penasehat, saya mengajak kawan-kawan untuk  berembuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi tuntutan dengan kepala dingin, secara bermusyawarah,” ajaknya. (luk/abu)

0 komentar:

Posting Komentar