Lagi, Truk Batu bara "Makan" korban

Ciiiiiiitttt bruaaaakkk, suara benturan benda keras terdengar memecah keheningan pagi dikawasan Jalan Jendral Sudirman Km 11.

Dihajar "Ular Besi" Kakek 5 Cucu Tewas

Kecelakaan berujung maut kembali terjadi di jalur kereta api yang terbentang di Kota Prabumulih,

Sidang Perkara Pembunuhan Pasutri Ricuh

Tapi situasi masih dapat dikendalikan, pihak keamanan berhasil memaksa keluarga korban keluar dari ruang persidangan. Tapi pada saat terdaklwa digiring kedalam mobil, emosi keluarga korban tak dapat dibendung lagi.

Kompensasi Tidak Manusiawi, Warga Blokir Jalan

Menurut sejumlah warga, aksi itu dilakukan lantaran warga menilai pihak pertamina telah bertindak semena-mena serta tidak manusiawi

Polisi Tembak Mati Gembong Perampokan

pria yang memiliki tato kupu-kupu dilengan kiri dan tato bunga mawar dipaha kanannya ini melawan saat hendak ditangkap petugas dengan menembak senjata api rakitan

Jumat, 20 September 2013

Sanggup Dihukum Mati untuk Tebus Kesalahan




Motif lain dari pembunuhan korban Khairul Saputra (16), pelajar kelas II SMK Unggulan Kota Prabumulih, karena pelaku takut korban melapor. Hal itu diungkapkan tersangka lainnya Juli Wijaya alias Bimo (17), warga Jalan Senuling, Gang Minggun, Kelurahan Prabumulih, Kecamatan Prabumulih Barat. Berikut penuturan Bimo kepada Palembang Pos.

PRABU AGUSTIAWAN – PRABUMULIH

Sama seperti yang diungkapkan Reza Pahlevi temannya yang juga ditahan dalam kasus yang sama, Bimo mengaku sangat menyesal atas perbuatannya terhadap Khairul Saputra. Bahkan kepada wartawan koran ini, Bimo mengaku siap menerima hukuman terberat sekalipun, seperti hukuman mati atas perbuatannya.

“Nyesal nian kak aku lah bunuh dio tuh, aku sanggup dihukum mati kak untuk menebus kesalahan aku itu. Waktu kejadian itu aku panik, takut kalu dio ngelapor ke polisi dan aku ditangkap oleh polisi. Makonyo waktu itu aku spontan ngomong ‘Ai kalu dak dibunuh, aku yang dilaporkan ke polisi, lemak kamu dak dikenal dio’. Terus aku pukul korban dengan kayu,” bebernya.

Dikatakan Bimo, setelah ia melakukan pemukulan terhadap korban, ia langsung berjalan kearah motor; dan pada saat itulah Reza menusuk korban berkali-kali hingga tewas. “Waktu aku lihat Reza nusuk korban dengan ladeng, sampai dio dak begerak lagi, setelah itu kami langsung lari, aku bawa motor korban,” ucapnya.

Masih kata Bimo, sebenarnya hari itu mereka hanya ingin memperdayai korban dengan mengambil uang dan Hp-nya saja. “Nak ngambek HP samo duitnyo bae kak, rencanonyo duitnyo untuk beli makanan samo minuman selama kami di Gelumbang. Kami kan lagi nunggu lokak gawean disano,” imbuhnya sembari menundukkan kepala tanda penyesalan.

Sama seperti yang diungkapkan Reza, Bimo yang mengaku anak ke-2 dari 5 bersaudara ini menjelaskan, dirinya sangat menyesali perbuatannya itu, apalagi antara dia dan korban saling kenal. “Dio tu baek kak, dak banyak ulah, itulah ngapo waktu itu aku tepeker nak ngeceki dio, aku yakin dio dak bakal melapor. Tapi pas kejadian, justru aku ketakutan dan panik,” katanya.

“Nyesal-nyesal nian kak aku lah melakukan ini, gara-gara ini aku laju masuk penjaro. Dak tau cak mano kagek di penjaro, cak mano dengan keluargo aku masih nerimo dak aku, kalu lah keluar kagek. Bingung nian kak aku nih sekarang, dak biso ngapo-ngapoi lagi, Cuma biso pasrah bae dengan keadaan ini,” pungkasnya dengan mata berkaca-kaca. (**/Habis)

Pengakuan M Reza Pahlevi, Tersangka Pembunuhan Khairul Saputra


Berniat Menyerah, Tapi Takut Masuk Penjara

Penyesalan tak pernah datang didepan, namun dikemudian hari atau belakangan. Ini juga dialami M Reza Fahlevi (18), warga Jalan Tri Sukses, Kelurahan Mangga Besar, Kecamatan Prabumulih Utara, Kota Prabumulih, satu dari 3 tersangka pembunuhan Khairul Saputra (16), pelajar Kelas 2 SMK Unggulan Kota Prabumulih. Bagaimana penyesalan dirasakan pria yang hanya mengenyam bangku sekolah hingga kelas 2 SMA ini? Simak penuturannya kepada Palembang Pos.

PRABU AGUSTIAWAN – PRABUMULIH

Pagi itu wartawan Palembang Pos sengaja mendatangi Polres Prabumulih, guna mengetahui kondisi terakhir, tiga orang pelaku pembunuhan yang sempat menghebohkan Kota Prabumulih. Setelah meminta izin kepada Kasat Reskrim AKP M Khalid Zulkarnaen SIk; dan juga Kabag Ops AKP Tri Wahyudi SH, akhirnya Palembang Pos dapat menemui tersangka dengan mendapat pengawalan dari anggota Polres Prabumulih.

Ketika tiba di ruang tahanan, wartawan melihat tiga orang remaja berpenampilan lusuh dan pucat, dikarenakan beban yang mereka rasakan. Dari balik jeruji besi, terlihat satu diantara mereka pagi itu mengenakan baju kaos berwarna coklat dan celana pendek abu-abu, yang tak lain adalah M Reza Fahlevi, anak ke-3 dari 4 bersaudara, buah cinta dari pasangan HR dan SD.

Semula Reza terlihat takut ketika didekati wartawan Koran ini, tapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan kedatangannya, akhirnya dengan mengalir Reza langsung menceritakan penyesalannya.
“Nyesal nian kak aku mbunuh Putra (korban,red), gara-gara bunuh dio, aku laju masuk penjaro. Dak katek nian kak rencano kami nak bunuh dio tu, kami tuh Cuma nak ngeceki dio bae, nak kami ambek duit samo hp-nyo. Tapi dak tau ngapo laju dio kami bunuh,” ujar Reza dengan pandangan mata kosong mengingat beban yang akan dijalaninya selama di penjara.

Dijelaskan Reza, penusukan dilakukannya terhadap korban dilakukan secara spontan, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kemudian hari, akibat perbuatannya itu. “Spontan bae kak waktu dengar Bimo ngomong Ai kalu dak dibunuh, aku yang dilaporkan ke polisi, lemak kamu dak dikenal dio, sambil memukul korban dengan kayu. Aku jugo langsung nusuk Putra dengan ladeng (pisau,red) yang aku selipkan di pinggang,” bebernya.

Setelah melakukan penusukan itu, kata pria yang pernah bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang migas ini, dirinya langsung kabur. “Aku dibonceng oleh Ilham makai motor yang kami pinjam dari kawannyo, setelah itu kami jual hp dan motor, aku dapat bagian Rp 200 ribu. Siso duit jual motor dan hp kami gunakan untuk makan dan minum selama di Gelumbang (tempat persembunyian),” ucapnya.

Masih kata Reza, dalam pelariannya itu, dirinya tidak pernah merasa tenang, karena dihantui rasa bersalah dan ketakutan, akan apa yang terjadi kelak. “Dak biso makan, tiduk dak nyenyak, pokoknyo gelisah serba salah. Bahkan aku sempat berniat nak menyerahkan diri, tapi itu urung aku lakukan, karena takut masuk penjara,” tukasnya sembari menuturkan dirinya sangat menyesal atas perbuatannya itu dan akan meminta maaf pada pihak keluarga korban, bila kelak keluar dari penjara.

‘’Aku nak minta maaf kak samo keluargo Putra, aku jugo nak ziarah ke kuburnyo kalu aku keluar penjaro kagek. Aku nyesal nian lah bunuh dio, dak nian aku nak ngulangi perbuatan itu lagi. Aku nyesal nian kak, Cuma sekarang aku dak biso apo-apo lagi, Cuma biso jalani hukuman akibat perbuatan aku itu,” pungkasnya mengakhiri pembicaraan. (***)

Sabtu, 20 Juli 2013

Tingkah Bandar Ganja Setelah Tertangkap Satres Narkoba Polres Prabumulih


Minta Ditembak Mati dan Diyasinkan oleh Istrinya

Berharap mendapat simpati dan dikasihani, sang bandar ganja Syahril (39), berulah. Warga Jalan Arimbi, RT 03/05, Kelurahan Mangga Besar, Prabumulih Selatan, Prabumulih ini, berpura-pura sakit, menangis, hingga seperti orang kerasukan setan. Berikut ulah dan tingkah tersangka lainnya.

Prabu Agustiawan – Prabumulih

Entah dibuat-buat atau memang tengah tak sadarkan diri, saat diturunkan dari mobil dan digiring ke Mapolres Prabumulih, Syahril, sang pemilik 15 paket atau 20 kilo ganja ini, terlihat lemas tak berdaya dan terpaksa dipapah dua anggota Satres Narkoba Polres Prabumulih, diantaranya Briptu Bobby Candra.

Bahkan ketika hendak difoto sejumlah wartawan, tersangka terlihat sama sekali tak dapat berdiri. Hingga akhirnya petugas terpaksa mendudukkan pria yang masih menjalani masa Pembebasan Bersyarat (PB) dari Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II Prabumulih ini, disebuah kursi yang ada di ruang Kasatres Narkoba.

Didudukkan di kursi pun, bapak empat anak ini, hanya bisa tersandar dengan kondis mata terpejam. Akibat ulahnya, polisi jadi geram. Terlebih saat petugas hendak mengorek informasi darinya, pria yang berperawakan tubuh kecil dan kurus itu hanya meringis-ringis kesakitan, tanpa menjawab pertanyaan.

Sama halnya ketika sejumlah wartawan mencoba mewawancarainya, residivis kasus narkoba ini justru meminta agar dirinya dibunuh saja. “Sakit nian oiii, mati gancang nian aku kalu cak ini,” ucap Syahril sembari meringis menahan sakit.

“Tolong nian yai, bunuhlah bae aku ne, aku dak tahan mak ini. Yasinkelah aku ooo, aku dak tahan mak ini, suruh bini aku yasinke aku oooo, tolong nian ooo aku dak tahan,” ungkapnya dengan mata tetap terpejam dan tubuh mengejang, layaknya orang kesurupan.

Kondisi tersangka itu mulai terlihat agak tenang, setelah sejumlah polisi dan wartawan menjauhinya. Diduga perbuatan itu sengaja dilakukannya, untuk menghindari pertanyaan petugas yang hendak mengintrogasinya. Briptu Bobby Chandra, anggota Satres Narkoba Polres Prabumulih yang menangkapnya mengatakan, tingkah laku aneh seperti itu memang kerap dilakukan pengguna maupun Bandar narkoba, apabila tertangkap.

“Tidak aneh kak yang seperti ini, kadang ado yang nangis ngaku dak pernah bersalah, kadang ado yang pura-pura gila dan kesurupan apabila ditanya serba tidak tahu. Inikan teori mereka agar selamat dari pertanyaan petugas dan kalau bisa juga dapat terbebas dari hukuman,” pungkasnya. (***)

Melawan, Bandar Ganja Ditembak

PRABUMULIH - Prestasi gemilang ditorehkan Satres Narkoba Polres Prabumulih pimpinan AKP Teguh Suyatmo SH. Di bulan suci ramadan ini, mereka menggagalkan peredaran ganja asal Aceh, dengan meringkus pria diduga bandarnya, dengan barang bukti 15 paket atau sekitar 20 kilo ganja. 

Bahkan, karena melawan saat ditangkap, sang bandar ini dihadiahi dengan sebutir timah panas di kaki kanannya. Adalah Syahril (39), warga Jalan Arimbi, RT 03/05, Kelurahan Mangga Besar, Prabumulih Selatan, Prabumulih, bandar dimaksud.

Ganja itu disimpan tersangka dalam tas travel bag merk apacs biru. Selain itu, dari Syahril, juga disita barang bukti handphone Cina, pisau cap garpu, motor Yamaha Mio J Nopol BG 2058 CH; serta uang tunai Rp 272 ribu. Pria ini dibekuk di Jalan Jenderal Sudirman, simpang Dieng, Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih Timur, Prabumulih, Sabtu (13/07), pukul 10.00 WIB.

Namun, polisi mendapat kendala mengorek keterangan dari tersangka, karena pria bertubuh kurus ini bertingkah seperti orang tengah kerasukan setan atau tak sadarkan diri. Dalam ocehannya, tersangka berteriak ‘’Bunuh bae aku”. itulah ucapan yang dilontarkannya, ketika ditanya polisi maupun wartawan.

Informasinya, penangkapan setelah polisi mendapat kabar, bakal ada transaksi ganja di simpang Dieng. Setelah diintai beberapa jam, polisi melihat tersangka menghentikan motornya di TKP. Tak lama, datang mobil Toyota Avanza hitam menghampiri pria yang pernah ditahan di Rutan Klas II Prabumulih tahun 2010 kasus inek dan sabu ini.

Rupanya dari mobil itu, keluar seorang pria serahkan tas travel bag biru kepada tersangka. Akan tetapi, ketika polisi mendekati, sang pria yang menyerahkan tas, kabur bersama temannya dengan mobil Toyota Avanza. Namun, polisi berhasil mengamankan tersangka Syahril, yang masih berusaha mengikat tas yang baru diterimanya di motornya.

Tapi sayang, Syahril yang masih menjalani masa pembebasan bersyarat ini, tak mau dipenjara lagi, dan berusaha melawan polisi dengan mencabut pisau dari balik pinggangnya. Karena tak menghiraukan tembakan peringatan, akhirnya polisi melepaskan tembakan ke kaki kanan pria empat anak ini, hingga dapat diringkus. Selanjutnya, tersangka beserta barang bukti ganja senilai Rp 60 juta, digelandang ke Mapolres Prabumulih.

Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro SIk, melalui Kasatres Narkoba AKP Teguh Suyatmo SH, didampingi KBO Resnarkoba Ipda Ismail, membenarkan penangkapan tersebut. “Tersangka yang kita amankan merupakan residivis kasus kepemilikan ekstasi dan sabu-sabu, kali ini dia ditangkap lantaran memiliki 15 paket ganja yang diperkirakan beratnya 20 Kilo,” ujar Teguh.

Atas perbuatannya tersebut, sambung Teguh, tersangka akan dikenakan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkoba, yakni Pasal 114 ayat 2 subsider Pasal 111 ayat 2, dengan ancaman minimal 4 tahun penjara. “Tersangka ini seorang bandar,” pungkasnya. (abu)

Pejabat BPPKP Prabumulih yang Tewas Dimata Rekan Sejawat





Bertanggungjawab, Disiplin, Serta Suka Humor

Tak hanya PNS BPPKP Prabumulih, namun PNS Pemkot Prabumulih, juga berduka, dengan meninggalnya Heri SP bin H Yadi (45), PNS yang menjabat Kasubbid Pengembangan SDM dan Diklat Penyuluh BPPKP Prabumulih. Heri tewas setelah sepeda motornya ditabrak mobil Toyota Avanza. Bagaimana keseharian Heri, simak penuturan rekan sejawatnya kepada Palembang Pos.

Prabu Agustiawan – Prabumulih


Kabar meninggalnya Heri, warga Jalan Raya Prabumulih-Baturaja, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Prabumulih Selatan, Kota Prabumulih, tak hanya membawa duka bagi keluarga korban saja, tapi juga membuat sejumlah PNS dilingkungan Pemkot Prabumulih, khususnya rekan sekerja korban di BPPKP Kota Prabumulih, merasa kehilangan. Pasalnya, suami dari Ida Riani tersebut, dikenal sangat pandai bergaul.

Siang itu ketika wartawan Koran ini mendatangi kediaman almarhum, terlihat ramai sekali warga yang melayat. Dari sebagian besar pelayat yang hadir tersebut, kebanyakan masih mengenakan seragam dinas PNS. Tampak wajah sedih dan murung di wajah para pelayat yang hadir tersebut.

Tak sulit untuk mendapatkan informasi kepada rekan kerja almarhum, hampir semua koleganya ketika dibincangi Palembang Pos, mau menceritakan tentang kepribadian bapak dari dua orang putri tersebut. “Heri (almarhum,red) orangnya suka humor. Oleh karena itu, hampir semua orang yang mengenalnya, pasti menyukainya,” ujar Ismail SP, rekan satu kantor yang mejanya berdampingan dengan almarhum.

Disamping dikenal sebagai orang yang humoris, kata Ismail, almarhum dikenal sebagai pekerja yang tekun. “Dio itu selalu serius setiap menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Mungkin karena keseriusannya dalam bekerja dan ketekunannya dalam menjalankan tugas itulah, dia dipercaya sebagai Kasubbid,” ungkapnya.

Senada diungkapkan drh Nora Agustina, mantan rekan satu kantor almarhum. Nora mengaku sejak sama-sama bertugas di Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Perikanan, hingga korban pindah tugas ke BPPKP, hubungan kerja antara dirinya dan korban berjalan dengan baik.
“Dio tu wongnyo baik, humoris, kalu bekerja dia bertanggungjawab, disiplin serta sifatnya yang suka menghargai orang lain, itu yang membuat dirinya selalu dikenang sebagai orang yang baik,” bebernya.

Dengan sifat pekerja kerasnya itu, kata Nora, tak jarang Heri kerap dijadikan contoh bagi rekan-rekannya. “Semangat kerjanya itu yang patut dicontoh, pekerja keras dan tak pernah mengeluh,” tandasnya. Masih kata Nora, kepergian Heri sempat tak dipercayainya. “Dak percaya ketika pertama dapat kabar, tapi setelah banyak yang memberitahu akhirnya saya baru percaya,” pungkasnya. (**)

Pejabat BPPKP Tewas Ditabrak

PRABUMULIH - PNS Pemkot Prabumulih, khususnya Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kota Prabumulih, berduka. Soalnya, salah seorang pejabatnya yakni Kasubbid Pengembangan SDM dan Diklat Penyuluh BPPKP Prabumulih Heri bin H Yadi SP (45), tewas kecelakaan.

Warga Jalan Raya Prabumulih – Baturaja, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Prabumulih Selatan, Kota Prabumulih itu, tewas mengenaskan setelah motor Honda Supra X 125 tanpa nopol dikendraanya, ditabrak mobil Toyota Avanza Nopol BG 1479 RT dikemudikan Hafriza (25), warga Jalan Prof DR Supomo, Kelurahan Pahlawan, Kota Palembang.

Akibatnya, korban tewas di RSUD Prabumulih dengan kondisi mengalami luka robek pada dahi kiri, patah tulang leher, patah gigi depan, luka lecet dan memar pinggang kanan, luka lecet paha kanan, lecet pelipis kanan dan kaki kanan. Kecelakaan itu terjadi, saat korban hendak ke berangkat ke kantornya, saat melintas di Jalan Raya Desa Sindur, Kelurahan Sindur, Kecamatan Cambai, kemarin (15/07), sekitar pukul 07.45 WIB.

Informasinya, kejadian menimpa pria yang suka humor ini, bermula dari ia mengendarai sepeda motor, hendak menuju kantor. Saat melintas di TKP, dari depan melintas mobil dikemudikan Hafriza. Mobil Avanza itu menabrak motor korban, karena berusaha menghindari tabrakan dengan mobil lain yang datang dari Pasar menuju Pangkul.

Oleh warga, korban dilarikan ke RSUD Prabumulih. Namun karena lukanya parah, nyawa korban tak bisa diselamatkan, hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Selanjutnya, jenazah korban dibawa pulang ke rumah duka, untuk disemayamkan. Sementara Hafriza diserahkan warga ke polisi, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro SIk, melalui Kasat Lantas AKP Nasirwen; didampingi Kanit Laka Ipda Sri Djumiati, membenarkan kecelakaan yang berujung maut tersebut. “Korban seorang PNS di Pemkot Prabumulih, sementara pelakunya warga Palembang telah kita amankan dan kini masih menjalani pemeriksaan,” pungkasnya. (abu)

Rutan Klas IIB Prabumulih Over Kapasitas

Prabumulih, Palembang Pos.-
Over kapasitas telah menjadi permasalahan umum setiap Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan) di Indonesia. Tak terkecuali, Rutan kelas II B Prabumulih. Menurut Kepala Rutan kelas II B Prabumulih, Sulardi BC IP, Rutan kelas II B Prabumulih saat ini dihuni 285 orang warga binaan.

Warga binaan terdiri 277 orang pria dan 8 orang wanita. Sementara kapasitas rutan hanya sanggup menampung 150 orang. “Kapasitas Rutan hanya sanggup menyerap sekitar 75 persen dari total seluruh warga binaan,” ujar Sulardi saat dibincangi usai menghadiri acara pembukaan pesantren kilat di dalam rutan, kemarin.

Menurut Sulardi, meski telah mengalami over kapasitas. Pihaknya menjamin penghuni lapas dalam keadaan nyaman. “Meski over, namun kami berusaha memberikan kenyamanan melalui pembinaan rohani dan jasmani yang memang telah diprogramkan,” bebernya.

Program pembinaan, lebih diarahkan kepada program yang memberikan kemampuan kepada warga binaan untuk memproduksi barang. Sehingga ketika keluar dan bebas dari masa hukuman, warga binaan memiliki bekal yang cukup untuk memulai kehidupan yang baru. “Program kita sebelumnya diberi judul bengkel bangkit. Untuk tahun ini, kita memberi nama program bengkel produktif. Artinya dengan keterbatasan bisa memproduksi barang yang bernilai jual,” terangnya.

Sementara, menanggapi kondisi rutan dan lapas overkapasitas, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM provinsi Sumatera Selatan, Rinto Hakim mengatakan, telah membangun beberapa Lapas baru. “Kita sudah bangun Lapas khusus narkoba di Banyuasin, Lapas Umum di OKI dan satu lagi masih dalam tahap pembangunan yaitu Lapas khusus Narkoba di daerah Serong, Palembang,” tuturnya.

Ia berharap pembangunan Lapas baru, bisa mengurangi over kapasitas hingga 500 orang. “Sekitar 25 persen kondisi over kapasitas bisa dikurangi. Meski masih jauh dari target, namun setidaknya bisa mengurangi,” jelasnya. (abu)

Istri Bandar Ganja Rugi Rp 30 Juta


Pelaku Catut Nama Kapolres Prabumulih

Prabumulih, Palembang Pos.- Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Hal itulah dialami Ida Royani (38), warga Jalan Arimbi, Kelurahan Mangga Besar, Kecamatan Prabumulih Utara, Kota Prabumulih. Saat dirinya cemas karena suami Syahril ditangkap kasus bandar ganja, ibu empat anak ini justru ditipu orang tak dikenal, yang mencatut nama Kapolres Prabumulih.


Dimana, pelaku meyakinkan dirinya bisa melepaskan suaminya, asal korban mentransfer uang Rp 30 juta. Selain menjual nama Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro Sik, pelaku juga mencatut nama Kasatres Narkoba AKP Teguh Suyatmo SH. Apalacur, setelah uang ditransfer ke rekening BCA atas nama Linda Mariske, suaminya tak kunjung bebas.

Aksi penipuan itu terjadi Senin (15/07), pukul 14.00 WIB, namun baru dilaporkannya kemarin. Laporannya diterima dengan nomor polisi: LP/B/218/VII/2013/Sumsel/Res PBM. ’’kareno dio (Pelaku,red) ngomong disuruh Kapolres, aku percayo bae. Lalu duit aku transfer, dak taunyo belakangan aku sadar kalau sudah ditipu,” ujar korban saat melapor.

Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro Sik, membenarkan pihaknya telah menerima laporan korban. “Jadi memang beberapa hari lalu itu ada yang mengaku atas nama saya, menjual nama saya akhirnya meminta uang kepada keluarga tersangka untuk keperluan penyidikan,” ujar alumni Akpol angkatan 1995 ini.

Denny meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan orang yang mengaku diperintah Kapolres. “Artinya saya tidak pernah meminta sesuatu apalagi memberatkan kepada masyarakat, apalagi kepada yang nyata-nyata telah menjadi tersangka dalam hal ini,” bebernya.

Menyikapi hal tersebut, Denny menegaskan, pihaknya telah memerintahkan jajarannya untuk segera melakukan pengusutan. “Saya telah memerintahkan jajaran untuk mengembangkan jangan sampai nanti ada muncul-muncul lagi yang mengaku atas nama Kapolres, kemudian meminta sesuatu dan menguntungkan kepentingan pribadi bagi orang tersebut,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Satres Narkoba Polres Prabumulih, meringkus bandar ganja Syahril (39), suami korban Ida Royani. Syahril diamankan, Sabtu (13/07), pukul 10.00 WIB, dengan barang bukti 15 paket atau 20 kilo ganja, saat berada di Jalan Jenderal Sudirman, simpang Dieng, Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih Timur, Prabumulih. Dengan tertangkapnya Syahril, pelaku memanfaatkannya untuk menipu istrinya, hingga korban mengalami kerugian Rp 30 juta. (abu)

Heboh, Foto Penampakan Wanita Seram

PRABUMULIH - Suasana gedung Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih, kemarin (19/07), sekitar pukul 11.00 WIB, mendadak heboh. Pasalnya, beredar foto penampakan sesosok wanita berambut panjang mengenakan baju putih layaknya kuntilanak, yang informasinya lokasi foto tersebut berada di lantai 7 gedung Pemkot Prabumulih.

Informasi berhasil dihimpun, foto wanita seram itu, diambil menggunakan kamera tablet Samsung galaxy milik Lidia, adik kandung salah satu pegawai Staf Inspektorat Pemkot Prabumulih, di dinding lobi WC berhadapan dengan kantor pemuda dan olahraga.

Lidia yang ketika itu ikut dengan saudara perempuannya Grace, seorang PNS dilingkungan pemkot di staf Sekretariat Inspektorat, juga membawa anaknya yang masih balita, berniat ke WC untuk mengganti popok. Ketika itu, Lidia dan beberapa anak sekolah yang tengah magang di sekretariat; yakni Widia dan Anita ikut menemani.

Setiba di lobi WC yang tak jauh dari ruang  sekretariat Inspektorat, Lidia duduk berhadapan dengan Widia dan lobi WC sambil asik ngobrol. Ketika itu, Lidia yang tengah bersandar didinding lobi WC berniat mengabadikan gambar wajahnya menggunakan kamera depan tablet Samsung Galaxi miliknya.

Setelah mengarahkan kamera dengan posisi yang pas, Lidiapun menjepretkan kamera. Namun, alangkah terkejut Lidia saat melihat hasil jepretannya, hanya bagian kepalanya yang tertangkap kamera, bahkan di dinding dekat langit-langit lantai terdapat sosok penampakan yang apabila di perbesar menyerupai mahluk halus. Ketika itu Lidia yang ketakutan langsung menunjukkan gambar tersebut kepada rekannya dan ayuknya Grace.

Merasa janggal dengan hasil jepretan tersebut, Grace langsung memberitahukan kepada para cleaning servis yang kebetulan tengah duduk santai di lantai 8 tak jauh dari WC. Melihat, petugas Cleaning servis meyakini jika sosok yang tertangkap kamera tersebut adalah penampakan.

“Kebetulan kami lagi duduk-duduk di dekat WC jugo, tibo-tibo Grace langsung manggil aku nunjukke gambar itu. Pas dijingok memang kecik gambarnyo, tapi waktu dibesakke jelas nian penampakannyo, pecak iyolah nian gambar itu dak mungkin rekayasa. Kareno men direkayasa pasti diedit dulu dibawa balek, ini tadi idak sudah difoto langsung dijingokke dengan wong,” ungkap salah satu petugas cleaning servis Siti Kalsum.

Siti Kasum menuturkan, dirinya dan rekan-rekan mempercayai adanya penampakan tersebut. Pasalnya sejak gedung pemkot ditunggu kerap terdengar suara aneh, bahkan tak jarang keran air di WC lantai 8 kerap hidup sendiri.

“Kalau kami percayo, karno selamo ini disini hampir tiap hari suaro aneh, ado suaro cak nyanyi, terus keran banyu di WC tu galak idup dewek kadang gentian be matikenyo, suaro wong bejalan tapi katek wongnyo. Tapi karno katek bukti jadi dak pulo dihirauke, sekarang kami percayo nian men itu ado,” ungkapnya.

Senada diungkapkan para staf Sekretariat Inspektorat. menurut mereka suara aneh diyakini mahluk halus sering muncul, bahkan disiang hari. “Lah dari dulu, suaro aneh-aneh kadang suaro siulan, suaro ngetok pintu, pecak wong bejalan, lebih sering lagi kran banyu idup dewek,” ungkap Sustio dan rekan lainnya. (abu)

Ratusan Warga Binaan Ikuti Pesantren Kilat

Prabumulih, Palembang Pos.-

Memeriahkan puasa Ramadan tahun ini, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Prabumulih kembali menggelar pesantren kilat bagi warga binaan Rutan yang terletak di Jl RA Kartini Kelurahan Sukajadi Kecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih. Pesantren kilat tersebut, secara resmi dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Sumatera Selatan, Rinto Hakim, kemarin.

Pesantren kilat bagi ratusan warga binaan yang ajab dilaksanakan selama 11 hari terhitung sejak 18-29 Juli mendatang. Pembukaan pesantren kilat ini dihadiri oleh Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro SIK, Ketua MUI Prabumulih H Ali Aman Sag, Danramil Prabumulih Kapten Masrul, Kapolsek Prabumulih Timur Iptu Toni Arman SH serta Kepala Rutan Kelas IIB Prabumulih Sulardi BC IP.

“Kegiatan pesantren kilat ini perlu dilaksanakan. Ini kan tujuannya baik untuk intropeksi, juga untuk mengajarkan warga binaan akan pengetahuan agama yang lebih dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan,” ujar Kakanwil Kemenkum Ham Rinto Hakim SH didampingi KA Rutan Sulardi saat dibincangi tadi malam. Rinto menambahkan, selain membuka kegiatan pesantren kilat, pihaknya  juga menggelar silaturahmi dan buka bersama dengan seluruh penegak hukum yang ada di kota Prabumulih dan warga binaan.

“Kita juga menggelar buka bersama, bersilaturahmi bersama seluruh penegak hukum di wilayah Prabumulih, dan semua warga binaan,” bebernya. Lebih lanjut, Rinto menambahkan, pada pesantren kilat tersebut pihaknya menghimbau kepada warga binaan untuk dapat meningkatkan, mental rohani juga meningkatkan keterampilan. “Sejauh ini saya lihat, keterampilan warga binaan sudah bagus.

Apalagi disini juga mereka diberi bekal. Sehingga warga binaan lebih produktif,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua MUI H Ali Aman Sag dalam tausiyah singkatnya, mengajak seluruh warga binaan untuk dapat memperdalam ilmu agama selama berada dalam pembinaan Rutan Prabumulih. “Hidup ini jangan pernah berhenti untuk belajar, belajar sendiri dapat dilakukan dimana saja termasuk di Rutan ini,” ucapnya.

Selain memperdalam ilmu agama, Ketua MUI mengajak para warga binaan untuk selalu meningkatkan tali persaudaraan serta meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. “Mari kita selalu menjaga kerukunan dan meningkatkan keimanan kita, mudah-mudahan kita akan selamat dunia dan akhirat,” pungkasnya. (abu)

Selasa, 04 Juni 2013

Bandit Pecah Kaca Bawa Kabur Duit Pengusaha Sawmill


Prabumulih, Palembang Pos.-
            Kawanan bandit pecah kaca kembali beraksi, kali ini korbannya Haryono (37), warga Desa Suban Jeriji Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. Uang tunai senilai Rp39 juta yang baru saja diambil dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Prabumulih milik pengusaha sawmill ini berhasil dibawa kabur kawanan bandit pecah kaca.

            Aksi bandit pecah kaca yang sempat menghebohkan tersebut, berlangsung dikawasan Jl Jendral Sudirman Kelurahan Tugu Kecil Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih tepatnya depan mini market Alfamart, Kamis (30/05) sekitar pukul 12.40 WIB.

            Informasi berhasil dihimpun, siang itu korban bersama Elda (35), isterinya dan anaknya yang masih kecil, baru saja usai mengambil uang di Bank BRI Prabumulih yang berada dikawasan Jl Jendral Sudirman Kelurahan Pasar Kecamatan Prabumulih Utara Kota Prabumulih. Rencananya uang tersebut, akan dipergunakan untuk membeli lahan seluas 4 hektar dikawasan Kecamatan Gunung Megang.

            Usai mengambil uang tersebut, korban sempat memarkirkan mobil Nissan Extrail BG 1056 NG miliknya dikawasan depan BCA yang ada dikawasan pasar untuk membeli mainan anaknya dan membeli pulsa. Ketika itu, uang tunai senilai Rp39 juta yang terbungku kantong asoi hitam ditinggal didalam dashboard mobil.

            Setelah menyelesaikan keperluannya disana, toke kayu ini kembali melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai dikawasan tugu kecil, mereka memutuskan untuk makan mie ayam yang ada disamping Alfamart. Lagi-lagi uang tunai yang baru saja mereka ambil ditinggalkan didalam mobil.

            Ketika mereka tengah asyik makan, dua orang pelaku yang menggunakan motor matic dating. Satu diantaranya turun dan mendekati mobil sementara pelaku lainnya menunggu dimotor, dalam waktu kurang dari lima menit pelaku berhasil menjebol kaca mobil bagian kiri. Seolah-olah mengetahui tempat korban menyimpan uang, pelaku langsung mengambil uang tersebut selanjutnya pelaku langsung kabur.

          Aksi kawanan bandit pecah kaca ini, sempat diketahui oleh Riansyah, tukang parker dikawasan itu. Ahkan Riansyah sempat mengejar pelaku, namun upayanya itu gagal pelaku lebih dahulu kabur dengan motornya.

            “Kami baru tahu mobil kami dipecah kaco dari tukang parker, waktu itu dio dating ngomongi kalu kaco mobil kami sudah dipecahkan oleh orang,” ujar Elda ketika dibincangi wartawan saat melaporkan kasus yang menimpanya di Mapolsek Prabumulih Timur, kemarin.

            Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry Oskag SIk melalui Kapolsek Prabumulih Timur, Iptu Toni Arman SH didampingi Kanit Reskrim Aiptu Riki Yanto ketika dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut, “saat ini kasusnya masih dalam penyelidikan anggota kita telah turun kelapangan,” tandasnya. (abu)

Bercita-cita ingin menjadi politisi handal


Dimasa kecil, semua orang pasti memiliki cita-cita ingin apa nantinya setelah besar. Begitupula dengan Prana Desta SIP, mantan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih, yang menjadi korban amukan warganya sendiri yang emosi lantaran tanah ulayat milik kelurahan tersebut diduga telah terjual dan hal itu diketahui oleh lurah.
Nah untuk mengetahui apa cita-cita Prana Desta SIP, wartawan Koran ini sengaja menyambangi RS Pertamedika Pertamina Prabumulih tempat dimana Desta dirawat pasca menjadi bulan-bulanan amuk massa.

Prabu Agustiawan – Prabumulih

Siang itu sekitar pukul 12,00 WIB, Palembang Pos mendatangi RS Pertamedika Pertamina Prabumulih. Dari kejauhan, terlihat ramai orang yang duduk didepan ruang Paviliun Beringin VVIP 2 dimana Desta panggilan akrab Prana Desta dirawat. Wajah-wajah penuh curiga dan sedih tak dapat ditutupi oleh orang-orang yang ada disana.

Mungkin ketika itu, pihak keluarga khawatir orang yang dating tersebut merupakan salah satu dari orang yang menyerang Desta. Oleh karenanya, ketika palpos menyampiri mereka langsung menanyakan identitas orang yang dating. “Dari mana mas? Mau ketemu siapa? Ujar salah seorang perempuan muda yang ada didepan ruangan tersebut kepada Palembang pos.

Setelah Palpos menerangkan tentang jati diri dan maksud kedatangan ke rumah sakit, pihak keluarga langsung menjelaskan bahwa kondisi Desta belum  lah stabil sehingga belum dapat ditemui apalagi diajak bicara. Oleh karenanya, wanita tersebut mengarahkan wartawan untuk menemui H Muhammad Lekat Ammar yang merupakan orang tua kandung dari Prana Desta.

Mengikuti saran perempuan tersebut, palpos akhirnya menghampiri H M Lekat Ammar yang siang itu mengenakan peci hitam dan baju kemeja warna putih. Ketika dihampiri, pria ini cukup ramah dan menyambut dengan baik kehadiran palpos dan dengan nada yang sangat sopan pria ini meminta agar pemberitaan mengenai anaknya agar diluruskan.

Sebab menurut dia, anaknya tersebut justru ingin memajukan Kelurahan Payuputat yang nota bene merupakan tanah kelahirannya. “Tidak benar itu anak saya menjual tanah ulayat, tanah yang mana yang dijual  anak saya. Dia itu justru mau memajukan payuputat, payu putat itu tempat lahir ayah jadi sama saja itu dusunnya dia,” ujar H M Lekat.

Dijelaskan pria berusia 67 tahun ini, anaknya tersebut semasa kecil mempunyai cita-cita menjadi seorang politis handal agar bias memajukan tanah kelahirannya. Oleh karenanya, untuk mewujudkan cita-citanya itu anak ke 2 dari 4 bersaudara itu memilih melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ilmu Politik di Universitas Pasundan.

“Cita-citanya mau jadi politisi handal, oleh karenanya setelah menamatkan SMA di Bandung dirinya langsung melanjutkan ke Fakultas Fisip di Universitas Pasundan. Tapi tidak tahunya, rupanya nasibnya justru menjadi pegawai negesi sipil (PNS) di Pemkot Prabumulih dan menjadi lurah,” bebernya.

Masih kata M Lekat, pria yang telah dikarunia 4 orang anak tersebut (Desta, red) memiliki kepriadian yang cukup baik dimata keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya, dirinya sama sekali tidak menyangka jika aksi penyerangan tersebut dapat menimpa putra kesayangannya itu.

“Dio tu orangnya baik, fleksibel dan suka membantu teman-temannya yang sedang dalam kesusahan. Kalau di keluarga, dia itu orangnya sangat mengayomi dan pengertian sekali dengan adik-adiknya. Dia juga taat ibadah tak jarang dirinya ditunjuk menjadi imam saat sholat berjamaah di payuputat,” bebernya.

Dipenghujung perbincangan, pria yang memilik 4 orang anak ini berharap agar persoalan yang menimpa anaknya itu diselesaikan secepatnya. Tidak hanya itu saja, pensiunan pertamina ini minta agar aparat penegak hokum menjalankan tugasnya sebaik-baiknya dalam menutaskan kasus tersebut.
“Kami harap, hokum benar-benar ditegakkan seadil-adilnya. Yang betul-betul bersalah saya minta dihukum seberat-beratnya, karena mereka sudah ingin membunuh anak saya (Prana Desta SIP, red),” pungkasnya. (***)

Aktifitas Pelayanan Dialihkan ke Polindes

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Memasuki hari ke dua pasca terjadinya amuk massa terhadap Prana Desta SIp Lurah Kelurahan Payu putat Kecamatan Prabumulih Barat yang kini telah dicopot dari jabatannya dan Eka Samindra SH, warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, roda pemerintahan berangsur pulih.

            Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih mengalihkan aktivitas kantor lurah ke gedung Polindes yang berada disebelah Kantor Lurah Payuputat. Seluruh staf kelurahan dan termasuk lurah mulai kemarin (30/05) mulai berkantor disana, dan nantinya seluruh bentuk pelayanan bagi masyarakat yang hendak mengurus pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) ataupun kepentingan lainnya, dilayani disana.

            Demikian diungkapkan, Camat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih, Daud SH ketika dibincangi via telepon genggamnya. Menurut Daud, langkah pengalihan kantor kelurahan tersebut telah disepakati bersama antara tokoh masyarakat, ketua RT dan ketua RW dan pihak keluarahan.

            “Tadi (kemarin, red) kami telah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh yang ada di kelurahan payuputat, guna membahas pengalihan aktifitas pelayanan kantor lurah. Dalam pertemuan itu, disepakati bersama bahwa pelayanan akan dialihkan ke Polindes yang berada disamping kantor lurah payuputat,” ujarnya.

            Dalam pertemuan itu juga, kata pria yang baru satu hari menjabat sebagai Camat ini, warga sepakat tidak akan melakukan pengrusakan terhadap kantor milik pemerintah tersebut. “Oleh karenanya, rencananya kita akan segera membersihkan kantor lurah yang porak poranda itu. Kita juga telah memanggil tukang, untuk membantu memperbaiki gedung yang rusak,” bebernya.

            Lebih lanjut Camat Prabumulih Barat ini menuturkan, dalam pertemuan itu masyarakat meminta kepada pihaknya agar pemerintah segera menyelesaikan persoalan tersebut, tanpa ada yang dirugikan. “Mereka menginginkan agar persoalan itu segera dituntaskan, mereka tak banyak tuntutan mereka Cuma menginginkan agar lahan mereka dikembalikan,” tandasnya.

            Seperti diberitkan sebelumnya, ratusan warga Kelurahan Payuputat mengamuk dengan melakukan aksi pemukulan dan pelemparan terhadap lurah kelurahan payuputat Prana Desa SIP (kini sudah dicopot) dan seorang warga bernama Eka Samindra SH. Pasalnya, warga emosi mendengar lahan ulayat milik kelurahan payuputat telah dijual dan hal tersebut ternyata diketahui oleh lurah.

            Beruntung tak ada korban jiwa dalam aksi tersebut, Desta dan Eka berhasil diselamatkan. Namun akibat serangan yang membabi buta, keduanya terpaksa dirawat secara intensif lantaran mengalami luka yang cukup parah dan mengalami trauma. Bukan hanya kedua orang itu saja, sejumlah aparat kepolisian dan angggota TNI termasuk Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag juga terkena lemparan batu dan pemukulan tersebut. (abu)

Polres Prabumulih akan turunkan Tim

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry Oskag, SIk mengatakan, pasca terjadinya aksi amuk massa terhadap Prana Desta SIP yang merupakan mantan Lurah Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, pihaknya akan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan.

            “Kita tetap akan proses, ini lagi kita dalami baik itu dari rekaman bukti-bukti foto ini akan terlihat siapa-siapa yang menjadi pemicu siapa siapa yang menjadi provokotor,” ujar pria dengan melati dua dipundaknya ini.

            Meskipun mengaku melakukan penyelidikan, Yerry OSkag mengatakan, penyelidikan yang dilakukan akan dilakukan secara perlahan. “Kita butuh waktu, mungkin tidak secepat itu kita perlu waktu apalagi situasi sekarangkan, Yang penting aman dululah nanti pelan-pelan akan mengarah penyidikan kearah sana,” ungkap pria yang sempat menjadi sasaran lemparan batu warga yang mengamuk kemarin.

            Disinggung mengenai mencuatnya nama seseorang berinisial YO yang diduga sebagai salah satu pihak yang tertera dalam surat pelepasan hak,  Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry Oskag SIk membantah inisial YO yang terdapat dalam surat pelepasan hak atas tanah warga seluas 250 hektar merupakan dirinya.

 Ia bahkan menegaskan bahwa dirinya tidak tahu menahu mengenai persoalan jual beli lahan serta tidak mengenal orang-orang yang terlibat dalam surat jual beli tersebut. Bahkan ia siap diperiksa apabila tim investigasi menemukan bukti keterlibatan dirinya. “Itu bukan saya. Silahkan dibuktikan,” tegasnya singkat.

Ia juga menuturkan meskipun terdapat kemiripan pada nama, namun ia tidak mengetahui bahwa namanya dimasukkan ke dalam surat tersebut. Mengenai nama Yerry Oskag dalam surat tersebut, ia menyatakan bahwa langsung dikonfirmasikan saja kepada Eka mengenai nama tersebut dan keterlibatannya. “kami juga sedang menyelidiki lebih dalam dan akan memeriksa saksi-saksi termasuk Lurah dan Eka. Tapi karena keduanya sedang dalam kondisi kritis, keduanya belum bisa dimintai keterangan,” bebernya.

Pantauan dilapangan Selasa malam (28/5), sekitar pukul 22.00 WIB, sekelompok massa berjumlah sekitar 100 orang berkumpul di wilayah simpang empat. Informasi yang beredar, sekelompok massa tersebut merupakan keluarga dari Lurah Payu Putat, Prana Desta yang akan melakukan aksi balas dendam. Namun, hingga pukul 00.00 WIB, ratusan massa tersebut hanya duduk-duduk dengan menjejerkan sepeda motor di pinggir jalan.

Sementara penjagaan di sekitar wilayah kejadian terutama di jalan masuk Kelurahan Payu Putat, tepatnya  di simpang tiga jalan gunung Kemalo Payu Putat, dilakukan penjagaan keamanan gabungan antara anggota kepolisian Polres Prabumulih, serta personil dari Batalyon Zeni Tempur 2/Samara Grawira. Sementara satu kompi pasukan dari satuan Brimob Polda Sumsel langsung diturunkan di tempat kejadian pada malam itu dan membubarkan diri keesokan paginya (29/5) sekitar pukul 09.00 WIB.

Sedangkan pada siang hari, suasana di lokasi kejadian terlihat sudah cukup aman dan kondusif. Tak ada tanda-tanda akan terjadi keributan susulan. Warga telah beraktivitas seperti semula. (abu)

Lurah Korban Amuk Massa Masih Trauma

Situasi Payuputat Aman dan Berjalan Seperti Biasa
Prabumulih, Palembang Pos.-

            Pasca menjadi korban pemukulan yang dilakukan oleh warganya, Prana Desta, SIP yang merupakan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, kini masih terbaring lemah di RS Pertamina Prabumulih.

            Prana Desta yang mengalami luka paling parah, kini sudah mulai sadar setelah sebelumnya (Selasa malam, red) menjalani operasi dikepalanya. Namun meskipun telah sadar, pihak keluarga Desta belum memperbolehkan wartawan mewawancarai pria yang baru saja dicopot dari jabatannya sebagai Lurah Payuputat. Menurut pihak keluarga Prana Desta belum dapat diajak bicara lantaran dirinya masih mengalami trauma.

“Maaf untuk wawancara belum bisa dilakukan, sebab kakak kami masih trauma kami sudah ada wakil dari keluarga  yakni kak Markus jika hendak mewawancarai tentang keadaan kakak kami ini,” ujar salah seorang keluarga korban yang enggan menyebutkan namanya.

Sementara korban lainnya yakni Eka Samindra, SH kondisinya sudah lebih membaik dibandingkan dengan mantan lurah payuputat tersebut. Bahkan, Eka yang mengalami luka bakar akibat terkena siraman cairan asam sulfat disekitar matanya ini, telah dapat dibincangi oleh wartawan, yang bersangkutan juga dapat membeberkan semua yang terjadi berdasarkan versi pihaknya.

Sementara pantauan dilapangan, suasana kelurahan payuputat kecamatan prabumulih barat pasca aksi amuk massa terlihat normal seperti tidak pernah terjadi amuk massa. Hanya saja, kondisi kantor lurah yang kemarin menjadi sasaran pelemparan warga masih berantakan dan telah dipasang garis polisi (police line).

Eka Samindra Tuding Ada Provokator dibalik Amuk Massa
Kepada wartawan, Eka Samindra, SH salah satu korban amuk massa yang dilakukan warga kelurahan payuputat kepada wartawan menuding aksi amuk massa tersebut terjadi akibat ada orang yang menjadi provokator sehingga warga yang semula tenag menjadi emosi bahkan sampai melakukan aksi anarkis dengan melakukan pemukulan terhadap dirinya dan lurah payuputat.

“Saya sudah bilang tadi, Si Rusman sama Antoni itu penggeraknya. Orang didalam ruangan itu (Kantor lurah, red) tidak akan rebut kalau tidak ada dia (Rusman dan Antoni). Desta ini kan ngobrol diruang tengah sama warga dan saya datang, saya jelaskanlah kepada warga dan warga mengerti datanglah antoni dari luar, rumah rusman didepan kantor lurah itu. Itulah dia langsung goco Desta itu,” ungkap Eka, kepada wartawan.

Mengenai status tanah tersebut yang dikatakan masyarakat sebagai tanah adat, Eka menantang masyarakat untuk membuktikannya. “Kalau memang itu tanah adat, orang tu harus membuktikan, harus membuktikan. saya kalau itu tanah adat surat saya tidak akan keluar surat saya dari kehutanan itu, karena itu bukan tanah adat,” tukasnya. Seraya menuturkan Tanah Negara itu yang menguasai kehutanan bukan masyarakat, tanah ulayat itu kan tanah Negara.

Dijelaskan Eka lebih lanjut, surat yang dibuat dikantor camat beberapa waktu lalu itu merupakan untuk pembagian pemecahan surat. Sebab menurut dia, surat yang ada berada satu buku dan harus dipecah. “Jadi masyarakat asumsinya lain ibaratnya lurah sama saya sudah dapat duit jual-jual tanah itu asumsinya, kalau dah banyak duit dah makai mobil dak makai motor lagi dak suntuk lagi,” bebernya.

Minta Agar Hukum Ditegakkan seadil-adilnya
Terkait aksi pemukulan yang dialaminya, Eka menuturkan dirinya tidak menerima karena dirinya tidak merasa bersalah. Oleh karenanya dirinya meminta kepada aparat penegak hukum agar menangkap semua pihak yang menjadi provokator dalam kejadian itu. “Harus ditangkap Toni Rusman termasuk zulkifli, zulkifli itukan termasuk yang menandatangani surat kita kanapa dia diam saja dia juga harus dipanggil itu,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan H Muhammad Mat Lekat Amar (65), orang tua kandung Prana Desta SIP. Warga yang tinggal di Jl Nur Ilahi Kelurahan Prabujaya ini berharap supaya hukum ditegakkan seadil-adilnya. “Yang betul-betul bersalah saya minta dihukum seberat-beratnya, karena mereka sudah ingin membunuh (Prna Desta, red),” ungkap Amar dengan nada terbata-bata dan mata menitikkan air mata.

Disinggung mengenai kejadian yang menimpa anaknya, H Muhammad Lekat menuturkan, kejadian yang menimpa anaknya itu terjadi lantaran ada pihak yang merasa kepentingannya yang terganggu dengan rencana pemanfaatan lahan untuk dibangun PPKR bagi warga setempat.

Sementara mengenai isu bahwa Prana Desta terlibat penjualan tanah ulayat ataupun mengenai adanya informasi bahwa anaknya tersebut mengetahui adanya penjualan tanah milik ulayat, M Lekat menuturkan hal tersebut sama sekali tidaklah benar. Tanah yang dipersengketakan itu, menurut M Lekat adalah kepunyaan Eka Samindra, SH

“Tanah itu (yang dipertikaikan, red) ternyata ada yang punya yakni generasi Hasan Jaki adik dari Kosim Dzaki mantan Bupati Muara Enim. Nah Eka ini adalah menantu dari Hasan Jaki itu dan dia mendapatkan warisan,” bebernya.

Mengenai lahan itu akan diperuntukan untuk kepentingan apa, M Lekat menjelaskan, menurut cerita anaknya kepada dirinya, Lahan itu rencananya akan digunakan untuk kepentingan warga setempat dimana nantinya lahan akan dikelola menjadi lahan perkebunan yang dikelola secara PPKR.

“Agar pemilik dan warga tidak dirugikan, rencananya akan dibentuk perkebunan karet rakyat, dimana nantinya lahan tersebut akan dibagikan kepada warga kelurahan payuputat agar warga menjadi sejahtera. Tujuannya itu baik untuk kesejahteraan masyarakat, tapi ada yang tidak setuju dan merasa terusik kepentingannya,” pungkasnya. (abu)

Pasca Aksi Amuk Massa, Lurah dan Camat langsung di Copot

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Pasca terjadinya aksi amuk massa terhadap Prana Desta, SIP yang merupakan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih langsung mengambil langkah cepat dengan mencopot Prana Desta SIP dari jabatannya sebagai Lurah Kelurahan Payuputat.

            Bukan hanya Prana Desta saja, Ibrahim, SSos MSi yang merupakan Camat Kecamatan Prabumulih Barat juga mendapat imbasnya. Ibrahim juga dicopot dari jabatannya sebagai Camat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih. Keduanya kini duduk sebagai staf secretariat daerah (Setda) Kota Prabumulih.

            Prana Desta, SIP digantikan oleh Edi Suanto, SH sementara Ibrahim S.Sos digantikan oleh M Daud, SH. Proses pergantian camat dan lurah yang terkesan dadakan itu, dilantik langsung oleh Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyagh Fikri SH bertempat di ruang rapat Pemkot Prabumulih, Rabu (29/05) sekitar pukul 10.30 WIB, tanpa dihadiri camat dan lurah yang digantikan.

Dalam sambutannya meminta kepada lurah dan camat yang baru saja dilantik untuk segera melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan masyarakat Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih. Tidak hanya itu saja, pihaknya juga meminta lurah dan camat agar segera mencari jalan penyelesaian konflik itu sehingga masyarakat merasa terayomi.

Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyah Fikri SH ketika dibincangi wartawan usai melantik Lurah dan Camat menuturkan, mutasi terhadap pejabat tersebut ada kaitannya dengan terjadinya aksi amuk massa terhadap lurah kelurahan payuputat yang terjadi Selasa (28/05) yang lalu.

            Menurut Fikri mutasiu tersebut, merupakan salah satu cara meredam emosi warga. “Ada (kaitannya dengan aksi amuk massa), merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meredam emosi warga terkait aksi amuk massa. Selain itu, kondisi lurah yang dalam keadaan tidak memungkinkan menjalankan tugas juga menjadi alas an mutasi tersebut,” ujarnya.

            Disinggung langkah lain apa yang akan diambil pemerintah terkait kejadian yang nyaris menewaskan lurah payuputat tersebut, mantan Ketua DPRD Kota Prabumulih ini menuturkan, pihaknya akan menurunkan tim untuk menginventarisir dan mengumpulkan data terkait aksi amuk massa tersebut. “Tim ini nantinya akan mengumpulkan data, mulai dari penyebab kejadian sampai dengan persoalan lahan yang dipersengketakan,” tukasnya. 
            Mengenai status tanah yang dipesengketakan, Fikri mengaku, pihaknya belum mengetahui secara pasti status tanah di Kelurahan Payuputat itu. “Itulah mengapa kita menurunkan tim, agar kita mengetahui secara pasti penyebab keributan dan juga status tanah tersebut,” ujarnya mengakhiri perbincangan. (abu)

Diamuk Massa, Lurah Payuputat Nyaris Tewas

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Diduga gara-gara menjual tanah seluas 700 hektar yang merupakan milik warga serta tanah ulayat alias tanah marga, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumuliuh, Prana Desta SIP dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, nyaris tewas akibat diamuk ratusan warga Kelurahan Payuputat.

            Keduanya terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Prabumulih, dengan kondisi setengah sadar akibat mengalami trauma serta mengalami luka robek pada bagian kepala serta luka lebam disekujur tubuh akibat terkena lemparan batu dan dipukul dengan menggunakan kayu dan besi.

            Pantauan dilapangan, warga yang mengamuk terlihat mengepung ruang Sekretaris Lurah (Seklur) dimana didalam ruangan tersebut, terdapat lurah dan Eka Samindra. Warga yang emosi, mencoba mendobrak masuk namun langkah tersebut diahalangi anggota Polres Prabumulih yang dipimpin langsung oleh Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry OSkag SIK.

            Warga yang telah emosi tidak tinggal diam begitu saja, warga yang telah kesal melempari dan mendobrak jendela dimana lurah bersembunyi. Bahkan warga sampai nekat naik tangga, agar dapat mendobrak terali besi serta dinding kantor lurah yang dibangun dalam bentuk panggung dan permanen itu.

            Usaha tersebut membuahkan hasil, terali dan dinding bangunan yang dibangun dengan menggunakan dana APBD tersebut berhasil dijebol sehingga warga dengan leluasa dapat melemparai keduanya yang sudah ketakutan dan tak berdaya. Lemparan batu dan pukulan kayu pun bersarang dikepala dan tubuh keduanya, hingga darah segar membasahi baju dinas lurah.

            Aparat kepolisian dan anggota TNI dari Koramil Prabumulih tak dapat berbuat banyak dengan aksi warga itu. Pasalnya, ketika polisi mencoba menghalangi emosi warga justru semakin memuncak.

            Selanjutnya, diduga lantaran tak tahan lagi menjadi bulan-bulanan massa, Eka Samindra berusaha menyelamatkan diri dengan berlari keluar dari kantor lurah diikuti oleh Lurah Payuputat. Hal itu kian menyulut emosi warga, warga langsung melemparinya dan memukulinya dengan kayu serta besi. Melihat aksi itu, Kapolres Prabumulih langsung berusaha menyelamatakannya, akibatnya orang nomor satu di Polres Prabumulih itu juga tak luput dari aksi pelemparan dan pemukulan yang dilakukan warga.

            Untuk menenangkan massa, polisi pun memberikan tembakan peringatan ke udara tapi emosi warga tak terbendung lagi warga terus mengejar dan memukuli keduanya. Eka berhasil diselamatkan masuk kedalam mobil, tapi nahas bagi Lurah dirinya justru terkepung massa. Hingga akhirnya dirinya memilih untuk menyelamatkan diri dengan masuk kedalam lebak yang ada dipinggir ruas jalan didepan kantor lurah.

            Warga yang emosi terus memukulinya dan menusuk-nusuknya dengan menggunakan kayu. Hingga akhirnya dirinya diselamatakan oleh aparat kepolisian, dirinya langsung dimasukkan kedalam mobil dan dibawa ke RS Pertamina Prabumulih.

Warga Mengaku Kesal, Ratusan Tanah Ulayat di Jual oleh Lurah
Aksi amuk massa yang nyaris menewaskan Prana Desta SIP, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, belakangan diketahui pemicunya bermula ketika warga mengetahui bahwa tanah ulayat serta tanah milik mereka telah terjual.

Ironisnya, menurut informasi yang mereka dapat proses jual beli tanah tersebut justru diketahui oleh lurah. Warga mengaku telah mempertanyakan hal tersebut kepada lurah, namun mereka justru mendapatkan jawaban yang tidak sesuai yang mereka harapkan. Puncaknya, kemarin siang sekitar pukul 14.00 WIB antara penjual dan pembeli tengah mengurus surat keterangan jual beli dikantor lurah.

            Mendengar hal itu, sejumlah warga mendatangi kantor lurah untuk mengetahui secara pasti kebenarannya. Namun ketika warga berdatangan, mereka justru disuruh pulang kerumah masing-masing dan ketika itu menurut salah seorang warga lurah sempat mengatakan urusan jual beli tanah tersebut biar dirinya yang mengurus.

            Diduga akibat perkataan itulah, warga menjadi emosi dan dari mulut kemulut informasi itu nyampai hamper keseluruh warga kelurahan yang berjarak 25 km dari pusat kota itu. Dalam waktu sekejap, ratusan warga ramai mengepung kantor lurah dan tidak tahu siapa yang memulai keadaan tiba-tiba memanas.

            Warga mulai berbuat anarkis, dengan menghancurkan peralatan kerja yang ada dikantor milik pemerintah itu. Tidak hanya sebatas itu saja, warga juga mulai memukuli lurah dan penjual tanah tersebut. Beruntung ketika itu, ada warga yang menyelamatkannya kedua orang tersebut langsung diselamatkan dengan dimasukkan kedalam ruang kerja sekretaris lurah.

            Salah seorang warga bernama Rusman mengatakan, berdasarkan data yang didapat tanah milik warga dan ulayat tersebut dijual 3 tahap yakni tahap pertama tanah dikawasan Lontar seluas 150 hektar dengan harga yang terterang dalam surat jual beli Rp750 juta, tanah dikawasan Bujuk 250 hektar dan dikawasan Lematang seluas 520 hektar.

            “Tanah itu dijualnya sebanyak 3 lokal (tahap) di Lontar 150 hektar, bujuk 250 hektar dan lematang 520 hektar ini kami ado buktinyo surat keterangan jual belinya disini jelas proses jual beli ini diketahui oleh lurah dan dijual oleh Eka Samindra yang sekarang ada didalam kantor lurah,” ujarnya.

            Sementara warga lainnya yang enggan menyebutkan namanya menuturkan, berdasarkan surat jual beli yang mereka kantongi ada 3 orang yang membeli lahan yang dijual Eka bekerjasama dengan lurah yakni BS, YO yang diduga merupakan perwira menengah di Polres Prabumulih dan MA yang terkenal sebagai tokeh getah.

            “Disinini masih banyak owong yang hidup saro, enjukan bae tanah itu samo warga itukan tanah ulayat jugo. Kurang kurang tanah warga nian lah dijualkenyo pulo oleh lurah itu, hebat nian dio dikironyo kami ini buto apo,” tukasnya.

         Senada diungkapkan Mat Lekat, Ketua RT 2 RW 6 Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat. Mat Lekat mengatakan, ratusan tahan yang ada dikawasan tersebut telah dijual oleh lurah kepada Eka. “Kami baru tahu ketika dia mau menggarap lahan tersebut,” tandasnya.

Tak Gubris Kehadiran Wakil walikota
Untuk menenangkan warga yang tengah emosi, Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyah Fikri SH, mendatangi lokasi  kejadian. Tapi sayangnya, kehadiran orang nomnor 2 di Pemkot Prabumulih ini sama sekali tak digubris oleh warga Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat.

Warga berkeyakinan, kehadiran wawako hanya untuk menenangkan mereka saja bukan untuk menyelesaikan persoalan yang telah terjadi. Oleh karenanya, ketika wawako menanyakan apa permintaan warga dalam penyelesaian kasus tersebut warga dengan tegas menginginkan lurah mati. “Kami ingin lurah mati Cuma itu saja, sudah itu kami ingin agar tanah kami dikembalikan lagi dan surat jual beli tidak sah,” teriak warga dengan nada emosi.

Mendengar pernyataan warga tersebut, wawako tak dapat berbuat apapun bahkan kelang beberapa jam kemudian, wawako memilih untuk meninggalkan lokasi kejadian mengingat kondisi yang sudah tidak kondusif lagi.

Sementara itu ketika wartawan mencoba mengkonfirmasi perihal kejadian tersebut kepada Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag, orang nomor 1 di Polres Prabumulih itu enggan berkomentar (abu)

Senin, 27 Mei 2013

Kerap Mengamuk, Ani Dipasung


Prabumulih, Palembang Pos.-
Malang nasib dialami Sepriani alias Ani (30), warga Jalan Singgalang Kelurahan Muara Dua Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih. Gara-gara dianggap mengalami gangguan jiwa Gadis remaja tersebut dipaksa hidup dalam pasungan, oleh keluarganya.

Pihak keluarga mengaku terpaksa memasung anak ke 2 dari 4 bersaudara tersebu, dengan menggunakan pasung terbuat dari kayu  kaki kanan Ani dipasung dengan alasan khawatir korban yang sering mengamuk akan membahayakan anggota keluarga tetangga dan orang lain, yang berada didekat Ani.

Pemasungan terhadap gadis yang pernah mengenyam sekolah sampai kelas 3 SMP tersebut, telah dilakukan sejak awal tahun 2012 yang lalu. Ani dipasung dalam sebuah rumah berukuran 4 x 6 yang sengaja dibuat orang tuanya sebagai tempat untuk memasungnya.

Cek Ahmad (67), orang tua kandung korban menuturkan, gangguan jiwa yang dialami anaknya tersebut bermula ketika anaknya yang kala itu masih duduk dibangku SMP mengenal yang namanya cinta.

Namun, disaat tengah dimabuk cinta pacar anaknya tersebut memutusnya. Tak pelak hal itu membuat Ani menjadi prustasi, sampai nekat meminum cairan asam sulfat atau yang lebih dikenal dengan sebutan cuka para.“Untung masih biso ditolong,”ujar orang tua Ani ketika menuturkan kisah yang dialami anaknya sembari menitikkan air mata.

Pasca kejadian itu, kondisi kejiwaan Ani semakin tidak stabil. Tanpa sebab Ia kerap bicara, tertawa dan menangis seorang diri. Parahnya lagi, Ani kerap mengamuk dengan memukuli orang yang berada disekitarnya serta memecah dan membanting benda-benda yang ada didekatnya.

Pihak keluarga mengaku telah mencoba mengobati, dengan membawa Ani ke RS Ernaldi Bahar. Tapi karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan, akhirnya pihak keluarga tak sanggup lagi membiayai biaya pengobatan. "Pas balek dari rumah sakit, dio sering ngelamun terus galak ketawo-tawo dewek. Trus kalo ditegur galak dak nyahut. Kadang teriak-teriak dewek," tandasnya.

Karena tak ada cara lain untuk mengobati anaknya, sementara kondisi anaknya kian parah, Cek Ahmad mengaku, akhirnya dengan terpaksa dirinya dan pihak keluarga memilih memasung putri kesayangannya itu dalam sebuah bangunan yang telah Ia siapkan. "Sebenarnya aku dak tega pak, sebab biar bagamanapun dia itu anak kami. Tapi karena keadaan, apa boleh buat daripada Ia membahayakan orang lain," pungkasnya. (abu)

Minggu, 19 Mei 2013

Penyidikan Kasus Bibit Ikan Unggul, Jalan Ditempat

Prabumulih, Palembang Pos.-
Penyidikan kasus dugaan penyimpangan kegiatan pengembangan bibit ikan unggul, dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun anggaran 2011 dengan total anggaran Rp1.233 miliar yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Perikanan (DP2KP2) Kota Prabumulih, yang menyebabkan Negara mengalami kerugian sebesar Rp185 juta, yang kini ditangani Jaksa Penyidik Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri (Kejari), sampai sekarang belum ada perkembangan alias jalan ditempat.

            Jaksa penyidik hingga saat ini belum melakukan penahanan terhadap empat orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Terhambatnya kasus tersebut, diduga lantaran sampai saat ini pihak penyidik belum mengantongi hasil audit yang dilakukan badan pengawas keuangan dan pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan.

            Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Prabumulih, Mahmudi SH MH melalui Kasi Tindak Pidana Korupsi (Pidsus), R Andra Kurniawan SH, ketika dikonfirmasi wartawan membantah jika kasus yang tengah ditanganinya itu jalan ditempat. Menurut R Andra, saat ini pihaknya masih terus melakukan penyidikan.

            “Tidak benar itu jalan ditempat, kami penyidik kasus tersebut masih terus bekerja. Kami terus memperdalam kasus ini, dengan memeriksa sejumlah saksi yang berkaitan dengan kasus tersebut,” ujar R Andra Kurniawan SH.

            Diakui Kasi Pidsus, sejauh ini pihaknya belum melakukan penahanan terhadap ke empat tersangka yang terdiri dari Ir HN (48), warga Jl Jendral Sudirman Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih,yang diduga merupakan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Perikanan (DP2KP2) selaku Pengguna Anggaran (PA).

            Sementara tersangka lainnya yakni, ED (43), warga Perumnas Kepodang Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat, selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan AN (41), warga Jalan Basuki Rahmat Desa Tanjung Raman Kecamatan Prabumulih Selatan Kota Prabumulih, selaku pengawas kegiatan.


Kemudian tersangka lainnya yang ditetapkan sebagai tersangka berasal dari PT Krisjaya selaku pihak pelaksana proyek yakni RT (46), warga Dusun I Desa Talang Balai Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI). Hal itu dikarenakan, sampai saat ini pihaknya belum menerima hasil audit yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Sumsel.

“Untuk melakukan penahanan, kami masih menunggu hasil audit yang dilakukan oleh BPKP. Jika telah mengantongi hasil audit tersebut, baru kita mengambil keputusan terkait kasus ini,” tegasnya.

Senada diungkapkan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sumatera Selatan, Jhoni Ginting, SH MH ketika dibinangi wartawan usai mengikuti pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Prabumulih periode 2013-2018 beberapa waktu lalu, ketika itu secara tegas Kajati menuturkan, kasus dugaan korupsi itu terus berjalan.

“Kasusnya masih berjalan, hanya saja untuk melakukan penahanan terhadap tersangka, penyidik masih menunggu hasil audit yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Sumsel. Nanti jika hasilnya telah keluar, teman-teman media pasti akan diberitahukan,” pungkasnya. (abu)