Motif lain dari pembunuhan korban Khairul Saputra (16), pelajar kelas II
SMK Unggulan Kota Prabumulih, karena pelaku takut korban melapor. Hal itu
diungkapkan tersangka lainnya Juli Wijaya alias Bimo (17), warga Jalan
Senuling, Gang Minggun, Kelurahan Prabumulih, Kecamatan Prabumulih
Barat. Berikut penuturan Bimo kepada Palembang Pos.
PRABU AGUSTIAWAN – PRABUMULIH
Sama seperti yang diungkapkan Reza Pahlevi temannya yang juga
ditahan dalam kasus yang sama, Bimo mengaku sangat menyesal atas
perbuatannya terhadap Khairul Saputra. Bahkan kepada wartawan koran ini,
Bimo mengaku siap menerima hukuman terberat sekalipun, seperti hukuman
mati atas perbuatannya.
“Nyesal nian kak aku lah bunuh dio tuh, aku
sanggup dihukum mati kak untuk menebus kesalahan aku itu. Waktu kejadian
itu aku panik, takut kalu dio ngelapor ke polisi dan aku ditangkap oleh polisi. Makonyo waktu itu aku spontan ngomong ‘Ai kalu dak dibunuh, aku
yang dilaporkan ke polisi, lemak kamu dak dikenal dio’. Terus aku pukul
korban dengan kayu,” bebernya.
Dikatakan Bimo, setelah ia melakukan
pemukulan terhadap korban, ia langsung berjalan kearah motor; dan pada
saat itulah Reza menusuk korban berkali-kali hingga tewas. “Waktu aku
lihat Reza nusuk korban dengan ladeng, sampai dio dak begerak lagi,
setelah itu kami langsung lari, aku bawa motor korban,” ucapnya.
Masih
kata Bimo, sebenarnya hari itu mereka hanya ingin memperdayai korban
dengan mengambil uang dan Hp-nya saja. “Nak ngambek HP samo duitnyo bae
kak, rencanonyo duitnyo untuk beli makanan samo minuman selama kami di
Gelumbang. Kami kan lagi nunggu lokak gawean disano,” imbuhnya sembari
menundukkan kepala tanda penyesalan.
Sama seperti yang diungkapkan
Reza, Bimo yang mengaku anak ke-2 dari 5 bersaudara ini menjelaskan,
dirinya sangat menyesali perbuatannya itu, apalagi antara dia dan korban
saling kenal. “Dio tu baek kak, dak banyak ulah, itulah ngapo waktu itu
aku tepeker nak ngeceki dio, aku yakin dio dak bakal melapor. Tapi pas
kejadian, justru aku ketakutan dan panik,” katanya.
“Nyesal-nyesal
nian kak aku lah melakukan ini, gara-gara ini aku laju masuk penjaro.
Dak tau cak mano kagek di penjaro, cak mano dengan keluargo aku masih
nerimo dak aku, kalu lah keluar kagek. Bingung nian kak aku nih
sekarang, dak biso ngapo-ngapoi lagi, Cuma biso pasrah bae dengan
keadaan ini,” pungkasnya dengan mata berkaca-kaca. (**/Habis)
|
Lagi, Truk Batu bara "Makan" korban
Ciiiiiiitttt bruaaaakkk, suara benturan benda keras terdengar memecah keheningan pagi dikawasan Jalan Jendral Sudirman Km 11.
Dihajar "Ular Besi" Kakek 5 Cucu Tewas
Kecelakaan berujung maut kembali terjadi di jalur kereta api yang terbentang di Kota Prabumulih,
Sidang Perkara Pembunuhan Pasutri Ricuh
Tapi situasi masih dapat dikendalikan, pihak keamanan berhasil memaksa keluarga korban keluar dari ruang persidangan. Tapi pada saat terdaklwa digiring kedalam mobil, emosi keluarga korban tak dapat dibendung lagi.
Kompensasi Tidak Manusiawi, Warga Blokir Jalan
Menurut sejumlah warga, aksi itu dilakukan lantaran warga menilai pihak pertamina telah bertindak semena-mena serta tidak manusiawi
Polisi Tembak Mati Gembong Perampokan
pria yang memiliki tato kupu-kupu dilengan kiri dan tato bunga mawar dipaha kanannya ini melawan saat hendak ditangkap petugas dengan menembak senjata api rakitan
Jumat, 20 September 2013
Sanggup Dihukum Mati untuk Tebus Kesalahan
Pengakuan M Reza Pahlevi, Tersangka Pembunuhan Khairul Saputra
Berniat Menyerah, Tapi Takut Masuk Penjara
PRABU AGUSTIAWAN – PRABUMULIH
Pagi itu wartawan Palembang Pos sengaja mendatangi Polres Prabumulih,
guna mengetahui kondisi terakhir, tiga orang pelaku pembunuhan yang
sempat menghebohkan Kota Prabumulih. Setelah meminta izin kepada Kasat
Reskrim AKP M Khalid Zulkarnaen SIk; dan juga Kabag Ops AKP Tri Wahyudi
SH, akhirnya Palembang Pos dapat menemui tersangka dengan mendapat
pengawalan dari anggota Polres Prabumulih.
Ketika tiba di ruang
tahanan, wartawan melihat tiga orang remaja berpenampilan lusuh dan
pucat, dikarenakan beban yang mereka rasakan. Dari balik jeruji besi,
terlihat satu diantara mereka pagi itu mengenakan baju kaos berwarna
coklat dan celana pendek abu-abu, yang tak lain adalah M Reza Fahlevi,
anak ke-3 dari 4 bersaudara, buah cinta dari pasangan HR dan SD.
Semula
Reza terlihat takut ketika didekati wartawan Koran ini, tapi setelah
dijelaskan maksud dan tujuan kedatangannya, akhirnya dengan mengalir
Reza langsung menceritakan penyesalannya.
“Nyesal nian kak aku mbunuh
Putra (korban,red), gara-gara bunuh dio, aku laju masuk penjaro. Dak
katek nian kak rencano kami nak bunuh dio tu, kami tuh Cuma nak ngeceki
dio bae, nak kami ambek duit samo hp-nyo. Tapi dak tau ngapo laju dio
kami bunuh,” ujar Reza dengan pandangan mata kosong mengingat beban yang
akan dijalaninya selama di penjara.
Dijelaskan Reza, penusukan
dilakukannya terhadap korban dilakukan secara spontan, tanpa memikirkan
apa yang akan terjadi kemudian hari, akibat perbuatannya itu. “Spontan
bae kak waktu dengar Bimo ngomong Ai kalu dak dibunuh, aku yang
dilaporkan ke polisi, lemak kamu dak dikenal dio, sambil memukul korban
dengan kayu. Aku jugo langsung nusuk Putra dengan ladeng (pisau,red)
yang aku selipkan di pinggang,” bebernya.
Setelah melakukan penusukan
itu, kata pria yang pernah bekerja disalah satu perusahaan yang
bergerak dibidang migas ini, dirinya langsung kabur. “Aku dibonceng oleh
Ilham makai motor yang kami pinjam dari kawannyo, setelah itu kami jual
hp dan motor, aku dapat bagian Rp 200 ribu. Siso duit jual motor dan hp
kami gunakan untuk makan dan minum selama di Gelumbang (tempat
persembunyian),” ucapnya.
Masih kata Reza, dalam pelariannya itu,
dirinya tidak pernah merasa tenang, karena dihantui rasa bersalah dan
ketakutan, akan apa yang terjadi kelak. “Dak biso makan, tiduk dak
nyenyak, pokoknyo gelisah serba salah. Bahkan aku sempat berniat nak
menyerahkan diri, tapi itu urung aku lakukan, karena takut masuk
penjara,” tukasnya sembari menuturkan dirinya sangat menyesal atas
perbuatannya itu dan akan meminta maaf pada pihak keluarga korban, bila
kelak keluar dari penjara.
‘’Aku nak minta maaf kak samo keluargo
Putra, aku jugo nak ziarah ke kuburnyo kalu aku keluar penjaro kagek.
Aku nyesal nian lah bunuh dio, dak nian aku nak ngulangi perbuatan itu
lagi. Aku nyesal nian kak, Cuma sekarang aku dak biso apo-apo lagi, Cuma
biso jalani hukuman akibat perbuatan aku itu,” pungkasnya mengakhiri
pembicaraan. (***)
|
Sabtu, 20 Juli 2013
Tingkah Bandar Ganja Setelah Tertangkap Satres Narkoba Polres Prabumulih
Minta Ditembak Mati dan Diyasinkan oleh Istrinya
Berharap mendapat simpati dan dikasihani, sang bandar ganja Syahril
(39), berulah. Warga Jalan Arimbi, RT 03/05, Kelurahan Mangga Besar,
Prabumulih Selatan, Prabumulih ini, berpura-pura sakit, menangis, hingga
seperti orang kerasukan setan. Berikut ulah dan tingkah tersangka
lainnya.
Prabu Agustiawan – Prabumulih
Entah
dibuat-buat atau memang tengah tak sadarkan diri, saat diturunkan dari
mobil dan digiring ke Mapolres Prabumulih, Syahril, sang pemilik 15
paket atau 20 kilo ganja ini, terlihat lemas tak berdaya dan terpaksa
dipapah dua anggota Satres Narkoba Polres Prabumulih, diantaranya Briptu
Bobby Candra.
Bahkan ketika hendak difoto sejumlah wartawan,
tersangka terlihat sama sekali tak dapat berdiri. Hingga akhirnya
petugas terpaksa mendudukkan pria yang masih menjalani masa Pembebasan
Bersyarat (PB) dari Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II Prabumulih
ini, disebuah kursi yang ada di ruang Kasatres Narkoba.
Didudukkan di
kursi pun, bapak empat anak ini, hanya bisa tersandar dengan kondis
mata terpejam. Akibat ulahnya, polisi jadi geram. Terlebih saat petugas
hendak mengorek informasi darinya, pria yang berperawakan tubuh kecil
dan kurus itu hanya meringis-ringis kesakitan, tanpa menjawab
pertanyaan.
Sama halnya ketika sejumlah wartawan mencoba
mewawancarainya, residivis kasus narkoba ini justru meminta agar dirinya
dibunuh saja. “Sakit nian oiii, mati gancang nian aku kalu cak ini,”
ucap Syahril sembari meringis menahan sakit.
“Tolong nian yai,
bunuhlah bae aku ne, aku dak tahan mak ini. Yasinkelah aku ooo, aku dak
tahan mak ini, suruh bini aku yasinke aku oooo, tolong nian ooo aku dak
tahan,” ungkapnya dengan mata tetap terpejam dan tubuh mengejang,
layaknya orang kesurupan.
Kondisi tersangka itu mulai terlihat agak
tenang, setelah sejumlah polisi dan wartawan menjauhinya. Diduga
perbuatan itu sengaja dilakukannya, untuk menghindari pertanyaan petugas
yang hendak mengintrogasinya. Briptu Bobby Chandra, anggota Satres
Narkoba Polres Prabumulih yang menangkapnya mengatakan, tingkah laku
aneh seperti itu memang kerap dilakukan pengguna maupun Bandar narkoba,
apabila tertangkap.
“Tidak aneh kak yang seperti ini, kadang ado yang
nangis ngaku dak pernah bersalah, kadang ado yang pura-pura gila dan
kesurupan apabila ditanya serba tidak tahu. Inikan teori mereka agar
selamat dari pertanyaan petugas dan kalau bisa juga dapat terbebas dari
hukuman,” pungkasnya. (***)
|
Melawan, Bandar Ganja Ditembak
PRABUMULIH - Prestasi
gemilang ditorehkan Satres Narkoba Polres Prabumulih pimpinan AKP Teguh
Suyatmo SH. Di bulan suci ramadan ini, mereka menggagalkan peredaran
ganja asal Aceh, dengan meringkus pria diduga bandarnya, dengan barang
bukti 15 paket atau sekitar 20 kilo ganja.
Bahkan, karena melawan saat
ditangkap, sang bandar ini dihadiahi dengan sebutir timah panas di kaki kanannya. Adalah Syahril
(39), warga Jalan Arimbi, RT 03/05, Kelurahan Mangga Besar, Prabumulih
Selatan, Prabumulih, bandar dimaksud.
Ganja itu disimpan tersangka
dalam tas travel bag merk apacs biru. Selain itu, dari Syahril, juga
disita barang bukti handphone Cina, pisau cap garpu, motor Yamaha Mio J
Nopol BG 2058 CH; serta uang tunai Rp 272 ribu. Pria ini dibekuk di
Jalan Jenderal Sudirman, simpang Dieng, Kelurahan Gunung Ibul,
Prabumulih Timur, Prabumulih, Sabtu (13/07), pukul 10.00 WIB.
Namun,
polisi mendapat kendala mengorek keterangan dari tersangka, karena pria
bertubuh kurus ini bertingkah seperti orang tengah kerasukan setan atau
tak sadarkan diri. Dalam ocehannya, tersangka berteriak ‘’Bunuh bae
aku”. itulah ucapan yang dilontarkannya, ketika ditanya polisi maupun
wartawan.
Informasinya, penangkapan setelah polisi mendapat kabar,
bakal ada transaksi ganja di simpang Dieng. Setelah diintai beberapa
jam, polisi melihat tersangka menghentikan motornya di TKP. Tak lama,
datang mobil Toyota Avanza hitam menghampiri pria yang pernah ditahan di
Rutan Klas II Prabumulih tahun 2010 kasus inek dan sabu ini.
Rupanya
dari mobil itu, keluar seorang pria serahkan tas travel bag biru kepada
tersangka. Akan tetapi, ketika polisi mendekati, sang pria yang
menyerahkan tas, kabur bersama temannya dengan mobil Toyota Avanza.
Namun, polisi berhasil mengamankan tersangka Syahril, yang masih
berusaha mengikat tas yang baru diterimanya di motornya.
Tapi sayang,
Syahril yang masih menjalani masa pembebasan bersyarat ini, tak mau
dipenjara lagi, dan berusaha melawan polisi dengan mencabut pisau dari
balik pinggangnya. Karena tak menghiraukan tembakan peringatan, akhirnya
polisi melepaskan tembakan ke kaki kanan pria empat anak ini, hingga
dapat diringkus. Selanjutnya, tersangka beserta barang bukti ganja
senilai Rp 60 juta, digelandang ke Mapolres Prabumulih.
Kapolres
Prabumulih AKBP Denny Yono Putro SIk, melalui Kasatres Narkoba AKP Teguh
Suyatmo SH, didampingi KBO Resnarkoba Ipda Ismail, membenarkan
penangkapan tersebut. “Tersangka yang kita amankan merupakan residivis
kasus kepemilikan ekstasi dan sabu-sabu, kali ini dia ditangkap lantaran
memiliki 15 paket ganja yang diperkirakan beratnya 20 Kilo,” ujar
Teguh.
Atas perbuatannya tersebut, sambung Teguh, tersangka akan
dikenakan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkoba, yakni Pasal
114 ayat 2 subsider Pasal 111 ayat 2, dengan ancaman minimal 4 tahun
penjara. “Tersangka ini seorang bandar,” pungkasnya. (abu)
|
Pejabat BPPKP Prabumulih yang Tewas Dimata Rekan Sejawat
Bertanggungjawab, Disiplin, Serta Suka Humor
Tak hanya PNS BPPKP Prabumulih, namun PNS Pemkot Prabumulih, juga
berduka, dengan meninggalnya Heri SP bin H Yadi (45), PNS yang menjabat
Kasubbid Pengembangan SDM dan Diklat Penyuluh BPPKP Prabumulih. Heri
tewas setelah sepeda motornya ditabrak mobil Toyota Avanza. Bagaimana
keseharian Heri, simak penuturan rekan sejawatnya kepada Palembang Pos.
Prabu Agustiawan – Prabumulih
Kabar meninggalnya Heri, warga Jalan Raya Prabumulih-Baturaja,
Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Prabumulih Selatan, Kota Prabumulih, tak
hanya membawa duka bagi keluarga korban saja, tapi juga membuat sejumlah
PNS dilingkungan Pemkot Prabumulih, khususnya rekan sekerja korban di
BPPKP Kota Prabumulih, merasa kehilangan. Pasalnya, suami dari Ida Riani
tersebut, dikenal sangat pandai bergaul.
Siang itu ketika wartawan
Koran ini mendatangi kediaman almarhum, terlihat ramai sekali warga yang
melayat. Dari sebagian besar pelayat yang hadir tersebut, kebanyakan
masih mengenakan seragam dinas PNS. Tampak wajah sedih dan murung di
wajah para pelayat yang hadir tersebut.
Tak sulit untuk mendapatkan
informasi kepada rekan kerja almarhum, hampir semua koleganya ketika
dibincangi Palembang Pos, mau menceritakan tentang kepribadian bapak
dari dua orang putri tersebut. “Heri (almarhum,red) orangnya suka humor.
Oleh karena itu, hampir semua orang yang mengenalnya, pasti
menyukainya,” ujar Ismail SP, rekan satu kantor yang mejanya
berdampingan dengan almarhum.
Disamping dikenal sebagai orang yang
humoris, kata Ismail, almarhum dikenal sebagai pekerja yang tekun. “Dio
itu selalu serius setiap menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.
Mungkin karena keseriusannya dalam bekerja dan ketekunannya dalam
menjalankan tugas itulah, dia dipercaya sebagai Kasubbid,” ungkapnya.
Senada
diungkapkan drh Nora Agustina, mantan rekan satu kantor almarhum. Nora
mengaku sejak sama-sama bertugas di Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan
Peternakan dan Perikanan, hingga korban pindah tugas ke BPPKP, hubungan
kerja antara dirinya dan korban berjalan dengan baik.
“Dio tu
wongnyo baik, humoris, kalu bekerja dia bertanggungjawab, disiplin serta
sifatnya yang suka menghargai orang lain, itu yang membuat dirinya
selalu dikenang sebagai orang yang baik,” bebernya.
Dengan sifat
pekerja kerasnya itu, kata Nora, tak jarang Heri kerap dijadikan contoh
bagi rekan-rekannya. “Semangat kerjanya itu yang patut dicontoh, pekerja
keras dan tak pernah mengeluh,” tandasnya. Masih kata Nora, kepergian
Heri sempat tak dipercayainya. “Dak percaya ketika pertama dapat kabar,
tapi setelah banyak yang memberitahu akhirnya saya baru percaya,”
pungkasnya. (**)
|
Pejabat BPPKP Tewas Ditabrak
PRABUMULIH - PNS
Pemkot Prabumulih, khususnya Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan
Pangan (BPPKP) Kota Prabumulih, berduka. Soalnya, salah seorang
pejabatnya yakni Kasubbid Pengembangan SDM dan Diklat Penyuluh BPPKP
Prabumulih Heri bin H Yadi SP (45), tewas kecelakaan.
Warga Jalan Raya
Prabumulih – Baturaja, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Prabumulih Selatan, Kota Prabumulih itu, tewas mengenaskan
setelah motor Honda Supra X 125 tanpa nopol dikendraanya, ditabrak mobil
Toyota Avanza Nopol BG 1479 RT dikemudikan Hafriza (25), warga Jalan
Prof DR Supomo, Kelurahan Pahlawan, Kota Palembang.
Akibatnya, korban
tewas di RSUD Prabumulih dengan kondisi mengalami luka robek pada dahi
kiri, patah tulang leher, patah gigi depan, luka lecet dan memar
pinggang kanan, luka lecet paha kanan, lecet pelipis kanan dan kaki
kanan. Kecelakaan itu terjadi, saat korban hendak ke berangkat ke
kantornya, saat melintas di Jalan Raya Desa Sindur, Kelurahan Sindur,
Kecamatan Cambai, kemarin (15/07), sekitar pukul 07.45 WIB.
Informasinya, kejadian menimpa pria yang suka humor ini, bermula dari ia
mengendarai sepeda motor, hendak menuju kantor. Saat melintas di TKP,
dari depan melintas mobil dikemudikan Hafriza. Mobil Avanza itu menabrak
motor korban, karena berusaha menghindari tabrakan dengan mobil lain
yang datang dari Pasar menuju Pangkul.
Oleh warga, korban dilarikan
ke RSUD Prabumulih. Namun karena lukanya parah, nyawa korban tak bisa
diselamatkan, hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Selanjutnya,
jenazah korban dibawa pulang ke rumah duka, untuk disemayamkan.
Sementara Hafriza diserahkan warga ke polisi, untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kapolres Prabumulih AKBP Denny
Yono Putro SIk, melalui Kasat Lantas AKP Nasirwen; didampingi Kanit Laka
Ipda Sri Djumiati, membenarkan kecelakaan yang berujung maut tersebut.
“Korban seorang PNS di Pemkot Prabumulih, sementara pelakunya warga
Palembang telah kita amankan dan kini masih menjalani pemeriksaan,”
pungkasnya. (abu)
Rutan Klas IIB Prabumulih Over Kapasitas
Prabumulih, Palembang Pos.- Over kapasitas telah menjadi permasalahan umum setiap Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan) di Indonesia. Tak terkecuali, Rutan kelas II B Prabumulih. Menurut Kepala Rutan kelas II B Prabumulih, Sulardi BC IP, Rutan kelas II B Prabumulih saat ini dihuni 285 orang warga binaan. Warga binaan terdiri 277 orang pria dan 8 orang wanita. Sementara kapasitas rutan hanya sanggup menampung 150 orang. “Kapasitas Rutan hanya sanggup menyerap sekitar 75 persen dari total seluruh warga binaan,” ujar Sulardi saat dibincangi usai menghadiri acara pembukaan pesantren kilat di dalam rutan, kemarin. Menurut Sulardi, meski telah mengalami over kapasitas. Pihaknya menjamin penghuni lapas dalam keadaan nyaman. “Meski over, namun kami berusaha memberikan kenyamanan melalui pembinaan rohani dan jasmani yang memang telah diprogramkan,” bebernya. Program pembinaan, lebih diarahkan kepada program yang memberikan kemampuan kepada warga binaan untuk memproduksi barang. Sehingga ketika keluar dan bebas dari masa hukuman, warga binaan memiliki bekal yang cukup untuk memulai kehidupan yang baru. “Program kita sebelumnya diberi judul bengkel bangkit. Untuk tahun ini, kita memberi nama program bengkel produktif. Artinya dengan keterbatasan bisa memproduksi barang yang bernilai jual,” terangnya. Sementara, menanggapi kondisi rutan dan lapas overkapasitas, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM provinsi Sumatera Selatan, Rinto Hakim mengatakan, telah membangun beberapa Lapas baru. “Kita sudah bangun Lapas khusus narkoba di Banyuasin, Lapas Umum di OKI dan satu lagi masih dalam tahap pembangunan yaitu Lapas khusus Narkoba di daerah Serong, Palembang,” tuturnya. Ia berharap pembangunan Lapas baru, bisa mengurangi over kapasitas hingga 500 orang. “Sekitar 25 persen kondisi over kapasitas bisa dikurangi. Meski masih jauh dari target, namun setidaknya bisa mengurangi,” jelasnya. (abu) |
Istri Bandar Ganja Rugi Rp 30 Juta
Pelaku Catut Nama Kapolres Prabumulih
Prabumulih, Palembang Pos.-
Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Hal itulah dialami
Ida Royani (38), warga Jalan Arimbi, Kelurahan Mangga Besar, Kecamatan
Prabumulih Utara, Kota Prabumulih. Saat dirinya cemas karena suami
Syahril ditangkap kasus bandar ganja, ibu empat anak ini justru ditipu
orang tak dikenal, yang mencatut nama Kapolres Prabumulih.
Dimana,
pelaku meyakinkan dirinya bisa melepaskan suaminya, asal korban
mentransfer uang Rp 30 juta. Selain menjual nama Kapolres Prabumulih
AKBP Denny Yono Putro Sik, pelaku juga mencatut nama Kasatres Narkoba
AKP Teguh Suyatmo SH. Apalacur, setelah uang ditransfer ke rekening BCA
atas nama Linda Mariske, suaminya tak kunjung bebas.
Aksi penipuan
itu terjadi Senin (15/07), pukul 14.00 WIB, namun baru dilaporkannya
kemarin. Laporannya diterima dengan nomor polisi:
LP/B/218/VII/2013/Sumsel/Res PBM. ’’kareno dio (Pelaku,red) ngomong
disuruh Kapolres, aku percayo bae. Lalu duit aku transfer, dak taunyo
belakangan aku sadar kalau sudah ditipu,” ujar korban saat melapor.
Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro Sik, membenarkan pihaknya
telah menerima laporan korban. “Jadi memang beberapa hari lalu itu ada
yang mengaku atas nama saya, menjual nama saya akhirnya meminta uang
kepada keluarga tersangka untuk keperluan penyidikan,” ujar alumni Akpol
angkatan 1995 ini.
Denny meminta kepada masyarakat untuk tidak
mudah percaya dengan orang yang mengaku diperintah Kapolres. “Artinya
saya tidak pernah meminta sesuatu apalagi memberatkan kepada masyarakat,
apalagi kepada yang nyata-nyata telah menjadi tersangka dalam hal ini,”
bebernya.
Menyikapi hal tersebut, Denny menegaskan, pihaknya telah
memerintahkan jajarannya untuk segera melakukan pengusutan. “Saya telah
memerintahkan jajaran untuk mengembangkan jangan sampai nanti ada
muncul-muncul lagi yang mengaku atas nama Kapolres, kemudian meminta
sesuatu dan menguntungkan kepentingan pribadi bagi orang tersebut,”
tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Satres Narkoba Polres Prabumulih,
meringkus bandar ganja Syahril (39), suami korban Ida Royani. Syahril
diamankan, Sabtu (13/07), pukul 10.00 WIB, dengan barang bukti 15 paket
atau 20 kilo ganja, saat berada di Jalan Jenderal Sudirman, simpang
Dieng, Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih Timur, Prabumulih. Dengan
tertangkapnya Syahril, pelaku memanfaatkannya untuk menipu istrinya,
hingga korban mengalami kerugian Rp 30 juta. (abu)
|
Heboh, Foto Penampakan Wanita Seram
PRABUMULIH - Suasana
gedung Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih, kemarin (19/07), sekitar
pukul 11.00 WIB, mendadak heboh. Pasalnya, beredar foto penampakan
sesosok wanita berambut panjang mengenakan baju putih layaknya
kuntilanak, yang informasinya lokasi foto tersebut berada di lantai 7
gedung Pemkot Prabumulih. Informasi berhasil dihimpun, foto wanita seram itu, diambil menggunakan kamera tablet Samsung galaxy milik Lidia, adik kandung salah satu pegawai Staf Inspektorat Pemkot Prabumulih, di dinding lobi WC berhadapan dengan kantor pemuda dan olahraga. Lidia yang ketika itu ikut dengan saudara perempuannya Grace, seorang PNS dilingkungan pemkot di staf Sekretariat Inspektorat, juga membawa anaknya yang masih balita, berniat ke WC untuk mengganti popok. Ketika itu, Lidia dan beberapa anak sekolah yang tengah magang di sekretariat; yakni Widia dan Anita ikut menemani. Setiba di lobi WC yang tak jauh dari ruang sekretariat Inspektorat, Lidia duduk berhadapan dengan Widia dan lobi WC sambil asik ngobrol. Ketika itu, Lidia yang tengah bersandar didinding lobi WC berniat mengabadikan gambar wajahnya menggunakan kamera depan tablet Samsung Galaxi miliknya. Setelah mengarahkan kamera dengan posisi yang pas, Lidiapun menjepretkan kamera. Namun, alangkah terkejut Lidia saat melihat hasil jepretannya, hanya bagian kepalanya yang tertangkap kamera, bahkan di dinding dekat langit-langit lantai terdapat sosok penampakan yang apabila di perbesar menyerupai mahluk halus. Ketika itu Lidia yang ketakutan langsung menunjukkan gambar tersebut kepada rekannya dan ayuknya Grace. Merasa janggal dengan hasil jepretan tersebut, Grace langsung memberitahukan kepada para cleaning servis yang kebetulan tengah duduk santai di lantai 8 tak jauh dari WC. Melihat, petugas Cleaning servis meyakini jika sosok yang tertangkap kamera tersebut adalah penampakan. “Kebetulan kami lagi duduk-duduk di dekat WC jugo, tibo-tibo Grace langsung manggil aku nunjukke gambar itu. Pas dijingok memang kecik gambarnyo, tapi waktu dibesakke jelas nian penampakannyo, pecak iyolah nian gambar itu dak mungkin rekayasa. Kareno men direkayasa pasti diedit dulu dibawa balek, ini tadi idak sudah difoto langsung dijingokke dengan wong,” ungkap salah satu petugas cleaning servis Siti Kalsum. Siti Kasum menuturkan, dirinya dan rekan-rekan mempercayai adanya penampakan tersebut. Pasalnya sejak gedung pemkot ditunggu kerap terdengar suara aneh, bahkan tak jarang keran air di WC lantai 8 kerap hidup sendiri. “Kalau kami percayo, karno selamo ini disini hampir tiap hari suaro aneh, ado suaro cak nyanyi, terus keran banyu di WC tu galak idup dewek kadang gentian be matikenyo, suaro wong bejalan tapi katek wongnyo. Tapi karno katek bukti jadi dak pulo dihirauke, sekarang kami percayo nian men itu ado,” ungkapnya. Senada diungkapkan para staf Sekretariat Inspektorat. menurut mereka suara aneh diyakini mahluk halus sering muncul, bahkan disiang hari. “Lah dari dulu, suaro aneh-aneh kadang suaro siulan, suaro ngetok pintu, pecak wong bejalan, lebih sering lagi kran banyu idup dewek,” ungkap Sustio dan rekan lainnya. (abu) |
Ratusan Warga Binaan Ikuti Pesantren Kilat
Prabumulih, Palembang Pos.- Memeriahkan puasa Ramadan tahun ini, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Prabumulih kembali menggelar pesantren kilat bagi warga binaan Rutan yang terletak di Jl RA Kartini Kelurahan Sukajadi Kecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih. Pesantren kilat tersebut, secara resmi dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Sumatera Selatan, Rinto Hakim, kemarin. Pesantren kilat bagi ratusan warga binaan yang ajab dilaksanakan selama 11 hari terhitung sejak 18-29 Juli mendatang. Pembukaan pesantren kilat ini dihadiri oleh Kapolres Prabumulih AKBP Denny Yono Putro SIK, Ketua MUI Prabumulih H Ali Aman Sag, Danramil Prabumulih Kapten Masrul, Kapolsek Prabumulih Timur Iptu Toni Arman SH serta Kepala Rutan Kelas IIB Prabumulih Sulardi BC IP. “Kegiatan pesantren kilat ini perlu dilaksanakan. Ini kan tujuannya baik untuk intropeksi, juga untuk mengajarkan warga binaan akan pengetahuan agama yang lebih dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan,” ujar Kakanwil Kemenkum Ham Rinto Hakim SH didampingi KA Rutan Sulardi saat dibincangi tadi malam. Rinto menambahkan, selain membuka kegiatan pesantren kilat, pihaknya juga menggelar silaturahmi dan buka bersama dengan seluruh penegak hukum yang ada di kota Prabumulih dan warga binaan. “Kita juga menggelar buka bersama, bersilaturahmi bersama seluruh penegak hukum di wilayah Prabumulih, dan semua warga binaan,” bebernya. Lebih lanjut, Rinto menambahkan, pada pesantren kilat tersebut pihaknya menghimbau kepada warga binaan untuk dapat meningkatkan, mental rohani juga meningkatkan keterampilan. “Sejauh ini saya lihat, keterampilan warga binaan sudah bagus. Apalagi disini juga mereka diberi bekal. Sehingga warga binaan lebih produktif,” ungkapnya. Sementara itu, Ketua MUI H Ali Aman Sag dalam tausiyah singkatnya, mengajak seluruh warga binaan untuk dapat memperdalam ilmu agama selama berada dalam pembinaan Rutan Prabumulih. “Hidup ini jangan pernah berhenti untuk belajar, belajar sendiri dapat dilakukan dimana saja termasuk di Rutan ini,” ucapnya. Selain memperdalam ilmu agama, Ketua MUI mengajak para warga binaan untuk selalu meningkatkan tali persaudaraan serta meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. “Mari kita selalu menjaga kerukunan dan meningkatkan keimanan kita, mudah-mudahan kita akan selamat dunia dan akhirat,” pungkasnya. (abu) |
Selasa, 04 Juni 2013
Bandit Pecah Kaca Bawa Kabur Duit Pengusaha Sawmill
Prabumulih, Palembang Pos.-
Kawanan bandit pecah kaca kembali beraksi, kali ini
korbannya Haryono (37), warga Desa Suban Jeriji Kecamatan Rambang Dangku
Kabupaten Muara Enim. Uang tunai senilai Rp39 juta yang baru saja diambil dari
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Prabumulih milik pengusaha sawmill ini berhasil
dibawa kabur kawanan bandit pecah kaca.
Aksi
bandit pecah kaca yang sempat menghebohkan tersebut, berlangsung dikawasan Jl
Jendral Sudirman Kelurahan Tugu Kecil Kecamatan Prabumulih Timur Kota
Prabumulih tepatnya depan mini market Alfamart, Kamis (30/05) sekitar pukul
12.40 WIB.
Informasi
berhasil dihimpun, siang itu korban bersama Elda (35), isterinya dan anaknya
yang masih kecil, baru saja usai mengambil uang di Bank BRI Prabumulih yang
berada dikawasan Jl Jendral Sudirman Kelurahan Pasar Kecamatan Prabumulih Utara
Kota Prabumulih. Rencananya uang tersebut, akan dipergunakan untuk membeli
lahan seluas 4 hektar dikawasan Kecamatan Gunung Megang.
Usai
mengambil uang tersebut, korban sempat memarkirkan mobil Nissan Extrail BG 1056
NG miliknya dikawasan depan BCA yang ada dikawasan pasar untuk membeli mainan
anaknya dan membeli pulsa. Ketika itu, uang tunai senilai Rp39 juta yang
terbungku kantong asoi hitam ditinggal didalam dashboard mobil.
Setelah
menyelesaikan keperluannya disana, toke kayu ini kembali melanjutkan perjalanan
hingga akhirnya sampai dikawasan tugu kecil, mereka memutuskan untuk makan mie ayam
yang ada disamping Alfamart. Lagi-lagi uang tunai yang baru saja mereka ambil
ditinggalkan didalam mobil.
Ketika
mereka tengah asyik makan, dua orang pelaku yang menggunakan motor matic dating.
Satu diantaranya turun dan mendekati mobil sementara pelaku lainnya menunggu
dimotor, dalam waktu kurang dari lima menit pelaku berhasil menjebol kaca mobil
bagian kiri. Seolah-olah mengetahui tempat korban menyimpan uang, pelaku
langsung mengambil uang tersebut selanjutnya pelaku langsung kabur.
Aksi
kawanan bandit pecah kaca ini, sempat diketahui oleh Riansyah, tukang parker dikawasan
itu. Ahkan Riansyah sempat mengejar pelaku, namun upayanya itu gagal pelaku
lebih dahulu kabur dengan motornya.
“Kami
baru tahu mobil kami dipecah kaco dari tukang parker, waktu itu dio dating ngomongi
kalu kaco mobil kami sudah dipecahkan oleh orang,” ujar Elda ketika dibincangi
wartawan saat melaporkan kasus yang menimpanya di Mapolsek Prabumulih Timur,
kemarin.
Kapolres
Prabumulih, AKBP Yerry Oskag SIk melalui Kapolsek Prabumulih Timur, Iptu Toni
Arman SH didampingi Kanit Reskrim Aiptu Riki Yanto ketika dikonfirmasi
membenarkan adanya kejadian tersebut, “saat ini kasusnya masih dalam
penyelidikan anggota kita telah turun kelapangan,” tandasnya. (abu)
Bercita-cita ingin menjadi politisi handal
Dimasa
kecil, semua orang pasti memiliki cita-cita ingin apa nantinya setelah besar.
Begitupula dengan Prana Desta SIP, mantan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan
Prabumulih Barat Kota Prabumulih, yang menjadi korban amukan warganya sendiri
yang emosi lantaran tanah ulayat milik kelurahan tersebut diduga telah terjual
dan hal itu diketahui oleh lurah.
Nah untuk
mengetahui apa cita-cita Prana Desta SIP, wartawan Koran ini sengaja menyambangi
RS Pertamedika Pertamina Prabumulih tempat dimana Desta dirawat pasca menjadi
bulan-bulanan amuk massa.
Prabu Agustiawan – Prabumulih
Siang
itu sekitar pukul 12,00 WIB, Palembang Pos mendatangi RS Pertamedika Pertamina
Prabumulih. Dari kejauhan, terlihat ramai orang yang duduk didepan ruang
Paviliun Beringin VVIP 2 dimana Desta panggilan akrab Prana Desta dirawat.
Wajah-wajah penuh curiga dan sedih tak dapat ditutupi oleh orang-orang yang ada
disana.
Mungkin
ketika itu, pihak keluarga khawatir orang yang dating tersebut merupakan salah
satu dari orang yang menyerang Desta. Oleh karenanya, ketika palpos menyampiri
mereka langsung menanyakan identitas orang yang dating. “Dari mana mas? Mau
ketemu siapa? Ujar salah seorang perempuan muda yang ada didepan ruangan
tersebut kepada Palembang pos.
Setelah
Palpos menerangkan tentang jati diri dan maksud kedatangan ke rumah sakit,
pihak keluarga langsung menjelaskan bahwa kondisi Desta belum lah stabil sehingga belum dapat ditemui
apalagi diajak bicara. Oleh karenanya, wanita tersebut mengarahkan wartawan
untuk menemui H Muhammad Lekat Ammar yang merupakan orang tua kandung dari
Prana Desta.
Mengikuti
saran perempuan tersebut, palpos akhirnya menghampiri H M Lekat Ammar yang
siang itu mengenakan peci hitam dan baju kemeja warna putih. Ketika dihampiri,
pria ini cukup ramah dan menyambut dengan baik kehadiran palpos dan dengan nada
yang sangat sopan pria ini meminta agar pemberitaan mengenai anaknya agar
diluruskan.
Sebab
menurut dia, anaknya tersebut justru ingin memajukan Kelurahan Payuputat yang
nota bene merupakan tanah kelahirannya. “Tidak benar itu anak saya menjual
tanah ulayat, tanah yang mana yang dijual
anak saya. Dia itu justru mau memajukan payuputat, payu putat itu tempat
lahir ayah jadi sama saja itu dusunnya dia,” ujar H M Lekat.
Dijelaskan
pria berusia 67 tahun ini, anaknya tersebut semasa kecil mempunyai cita-cita
menjadi seorang politis handal agar bias memajukan tanah kelahirannya. Oleh
karenanya, untuk mewujudkan cita-citanya itu anak ke 2 dari 4 bersaudara itu
memilih melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ilmu Politik di Universitas
Pasundan.
“Cita-citanya
mau jadi politisi handal, oleh karenanya setelah menamatkan SMA di Bandung
dirinya langsung melanjutkan ke Fakultas Fisip di Universitas Pasundan. Tapi
tidak tahunya, rupanya nasibnya justru menjadi pegawai negesi sipil (PNS) di
Pemkot Prabumulih dan menjadi lurah,” bebernya.
Masih
kata M Lekat, pria yang telah dikarunia 4 orang anak tersebut (Desta, red)
memiliki kepriadian yang cukup baik dimata keluarga dan masyarakat. Oleh
karenanya, dirinya sama sekali tidak menyangka jika aksi penyerangan tersebut
dapat menimpa putra kesayangannya itu.
“Dio
tu orangnya baik, fleksibel dan suka membantu teman-temannya yang sedang dalam
kesusahan. Kalau di keluarga, dia itu orangnya sangat mengayomi dan pengertian
sekali dengan adik-adiknya. Dia juga taat ibadah tak jarang dirinya ditunjuk
menjadi imam saat sholat berjamaah di payuputat,” bebernya.
Dipenghujung
perbincangan, pria yang memilik 4 orang anak ini berharap agar persoalan yang
menimpa anaknya itu diselesaikan secepatnya. Tidak hanya itu saja, pensiunan
pertamina ini minta agar aparat penegak hokum menjalankan tugasnya
sebaik-baiknya dalam menutaskan kasus tersebut.
“Kami
harap, hokum benar-benar ditegakkan seadil-adilnya. Yang betul-betul bersalah
saya minta dihukum seberat-beratnya, karena mereka sudah ingin membunuh anak
saya (Prana Desta SIP, red),” pungkasnya. (***)
Aktifitas Pelayanan Dialihkan ke Polindes
Prabumulih,
Palembang Pos.-
Memasuki hari ke dua pasca
terjadinya amuk massa terhadap Prana Desta SIp Lurah Kelurahan Payu putat
Kecamatan Prabumulih Barat yang kini telah dicopot dari jabatannya dan Eka
Samindra SH, warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim,
roda pemerintahan berangsur pulih.
Pemerintah
Kota (Pemkot) Prabumulih mengalihkan aktivitas kantor lurah ke gedung Polindes
yang berada disebelah Kantor Lurah Payuputat. Seluruh staf kelurahan dan
termasuk lurah mulai kemarin (30/05) mulai berkantor disana, dan nantinya
seluruh bentuk pelayanan bagi masyarakat yang hendak mengurus pembuatan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) ataupun kepentingan lainnya, dilayani disana.
Demikian
diungkapkan, Camat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih, Daud SH ketika
dibincangi via telepon genggamnya. Menurut Daud, langkah pengalihan kantor
kelurahan tersebut telah disepakati bersama antara tokoh masyarakat, ketua RT
dan ketua RW dan pihak keluarahan.
“Tadi
(kemarin, red) kami telah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh yang ada di
kelurahan payuputat, guna membahas pengalihan aktifitas pelayanan kantor lurah.
Dalam pertemuan itu, disepakati bersama bahwa pelayanan akan dialihkan ke
Polindes yang berada disamping kantor lurah payuputat,” ujarnya.
Dalam
pertemuan itu juga, kata pria yang baru satu hari menjabat sebagai Camat ini,
warga sepakat tidak akan melakukan pengrusakan terhadap kantor milik pemerintah
tersebut. “Oleh karenanya, rencananya kita akan segera membersihkan kantor
lurah yang porak poranda itu. Kita juga telah memanggil tukang, untuk membantu
memperbaiki gedung yang rusak,” bebernya.
Lebih
lanjut Camat Prabumulih Barat ini menuturkan, dalam pertemuan itu masyarakat
meminta kepada pihaknya agar pemerintah segera menyelesaikan persoalan
tersebut, tanpa ada yang dirugikan. “Mereka menginginkan agar persoalan itu
segera dituntaskan, mereka tak banyak tuntutan mereka Cuma menginginkan agar
lahan mereka dikembalikan,” tandasnya.
Seperti
diberitkan sebelumnya, ratusan warga Kelurahan Payuputat mengamuk dengan
melakukan aksi pemukulan dan pelemparan terhadap lurah kelurahan payuputat
Prana Desa SIP (kini sudah dicopot) dan seorang warga bernama Eka Samindra SH. Pasalnya,
warga emosi mendengar lahan ulayat milik kelurahan payuputat telah dijual dan
hal tersebut ternyata diketahui oleh lurah.
Beruntung
tak ada korban jiwa dalam aksi tersebut, Desta dan Eka berhasil diselamatkan. Namun
akibat serangan yang membabi buta, keduanya terpaksa dirawat secara intensif
lantaran mengalami luka yang cukup parah dan mengalami trauma. Bukan hanya
kedua orang itu saja, sejumlah aparat kepolisian dan angggota TNI termasuk
Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag juga terkena lemparan batu dan pemukulan
tersebut. (abu)
Polres Prabumulih akan turunkan Tim
Prabumulih,
Palembang Pos.-
Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry
Oskag, SIk mengatakan, pasca terjadinya aksi amuk massa terhadap Prana Desta
SIP yang merupakan mantan Lurah Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat dan seorang
warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak
Kabupaten Muara Enim, pihaknya akan menurunkan tim untuk melakukan
penyelidikan.
“Kita
tetap akan proses, ini lagi kita dalami baik itu dari rekaman bukti-bukti foto
ini akan terlihat siapa-siapa yang menjadi pemicu siapa siapa yang menjadi
provokotor,” ujar pria dengan melati dua dipundaknya ini.
Meskipun
mengaku melakukan penyelidikan, Yerry OSkag mengatakan, penyelidikan yang dilakukan
akan dilakukan secara perlahan. “Kita butuh waktu, mungkin tidak secepat itu kita
perlu waktu apalagi situasi sekarangkan, Yang penting aman dululah nanti
pelan-pelan akan mengarah penyidikan kearah sana,” ungkap pria yang sempat
menjadi sasaran lemparan batu warga yang mengamuk kemarin.
Disinggung
mengenai mencuatnya nama seseorang berinisial YO yang diduga sebagai salah satu
pihak yang tertera dalam surat pelepasan hak, Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry
Oskag SIk membantah inisial YO yang terdapat dalam surat pelepasan hak atas
tanah warga seluas 250 hektar merupakan dirinya.
Ia bahkan
menegaskan bahwa dirinya tidak tahu menahu mengenai persoalan jual beli lahan
serta tidak mengenal orang-orang yang terlibat dalam surat jual beli tersebut.
Bahkan ia siap diperiksa apabila tim investigasi menemukan bukti keterlibatan
dirinya. “Itu bukan saya. Silahkan dibuktikan,” tegasnya singkat.
Ia juga menuturkan meskipun terdapat kemiripan pada
nama, namun ia tidak mengetahui bahwa namanya dimasukkan ke dalam surat
tersebut. Mengenai nama Yerry Oskag dalam surat tersebut, ia menyatakan bahwa
langsung dikonfirmasikan saja kepada Eka mengenai nama tersebut dan
keterlibatannya. “kami juga sedang menyelidiki lebih dalam dan akan memeriksa
saksi-saksi termasuk Lurah dan Eka. Tapi karena keduanya sedang dalam kondisi
kritis, keduanya belum bisa dimintai keterangan,” bebernya.
Pantauan dilapangan Selasa malam (28/5), sekitar pukul
22.00 WIB, sekelompok massa berjumlah sekitar 100 orang berkumpul di wilayah
simpang empat. Informasi yang beredar, sekelompok massa tersebut merupakan
keluarga dari Lurah Payu Putat, Prana Desta yang akan melakukan aksi balas
dendam. Namun, hingga pukul 00.00 WIB, ratusan massa tersebut hanya duduk-duduk
dengan menjejerkan sepeda motor di pinggir jalan.
Sementara penjagaan di sekitar wilayah kejadian
terutama di jalan masuk Kelurahan Payu Putat, tepatnya di simpang tiga
jalan gunung Kemalo Payu Putat, dilakukan penjagaan keamanan gabungan antara
anggota kepolisian Polres Prabumulih, serta personil dari Batalyon Zeni Tempur
2/Samara Grawira. Sementara satu kompi pasukan dari satuan Brimob Polda Sumsel
langsung diturunkan di tempat kejadian pada malam itu dan membubarkan diri
keesokan paginya (29/5) sekitar pukul 09.00 WIB.
Sedangkan pada siang hari, suasana di lokasi kejadian
terlihat sudah cukup aman dan kondusif. Tak ada tanda-tanda akan terjadi
keributan susulan. Warga telah beraktivitas seperti semula. (abu)Lurah Korban Amuk Massa Masih Trauma
Situasi Payuputat Aman dan Berjalan Seperti Biasa
Prabumulih,
Palembang Pos.-
Pasca menjadi korban pemukulan
yang dilakukan oleh warganya, Prana Desta, SIP yang merupakan Lurah Kelurahan
Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48),
warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, kini masih
terbaring lemah di RS Pertamina Prabumulih.
Prana
Desta yang mengalami luka paling parah, kini sudah mulai sadar setelah
sebelumnya (Selasa malam, red) menjalani operasi dikepalanya. Namun meskipun
telah sadar, pihak keluarga Desta belum memperbolehkan wartawan mewawancarai
pria yang baru saja dicopot dari jabatannya sebagai Lurah Payuputat. Menurut
pihak keluarga Prana Desta belum dapat diajak bicara lantaran dirinya masih
mengalami trauma.
“Maaf untuk
wawancara belum bisa dilakukan, sebab kakak kami masih trauma kami sudah ada
wakil dari keluarga yakni kak Markus jika
hendak mewawancarai tentang keadaan kakak kami ini,” ujar salah seorang
keluarga korban yang enggan menyebutkan namanya.
Sementara korban
lainnya yakni Eka Samindra, SH kondisinya sudah lebih membaik dibandingkan
dengan mantan lurah payuputat tersebut. Bahkan, Eka yang mengalami luka bakar
akibat terkena siraman cairan asam sulfat disekitar matanya ini, telah dapat
dibincangi oleh wartawan, yang bersangkutan juga dapat membeberkan semua yang
terjadi berdasarkan versi pihaknya.
Sementara pantauan
dilapangan, suasana kelurahan payuputat kecamatan prabumulih barat pasca aksi
amuk massa terlihat normal seperti tidak pernah terjadi amuk massa. Hanya saja,
kondisi kantor lurah yang kemarin menjadi sasaran pelemparan warga masih
berantakan dan telah dipasang garis polisi (police line).
Eka
Samindra Tuding Ada Provokator dibalik Amuk Massa
Kepada wartawan,
Eka Samindra, SH salah satu korban amuk massa yang dilakukan warga kelurahan
payuputat kepada wartawan menuding aksi amuk massa tersebut terjadi akibat ada
orang yang menjadi provokator sehingga warga yang semula tenag menjadi emosi bahkan
sampai melakukan aksi anarkis dengan melakukan pemukulan terhadap dirinya dan
lurah payuputat.
“Saya sudah
bilang tadi, Si Rusman sama Antoni itu penggeraknya. Orang didalam ruangan itu
(Kantor lurah, red) tidak akan rebut kalau tidak ada dia (Rusman dan Antoni).
Desta ini kan ngobrol diruang tengah sama warga dan saya datang, saya
jelaskanlah kepada warga dan warga mengerti datanglah antoni dari luar, rumah
rusman didepan kantor lurah itu. Itulah dia langsung goco Desta itu,” ungkap
Eka, kepada wartawan.
Mengenai status
tanah tersebut yang dikatakan masyarakat sebagai tanah adat, Eka menantang
masyarakat untuk membuktikannya. “Kalau memang itu tanah adat, orang tu harus
membuktikan, harus membuktikan. saya kalau itu tanah adat surat saya tidak akan
keluar surat saya dari kehutanan itu, karena itu bukan tanah adat,” tukasnya. Seraya
menuturkan Tanah Negara itu yang menguasai kehutanan bukan masyarakat, tanah
ulayat itu kan tanah Negara.
Dijelaskan Eka
lebih lanjut, surat yang dibuat dikantor camat beberapa waktu lalu itu
merupakan untuk pembagian pemecahan surat. Sebab menurut dia, surat yang ada
berada satu buku dan harus dipecah. “Jadi masyarakat asumsinya lain ibaratnya
lurah sama saya sudah dapat duit jual-jual tanah itu asumsinya, kalau dah
banyak duit dah makai mobil dak makai motor lagi dak suntuk lagi,” bebernya.
Minta
Agar Hukum Ditegakkan seadil-adilnya
Terkait aksi
pemukulan yang dialaminya, Eka menuturkan dirinya tidak menerima karena dirinya
tidak merasa bersalah. Oleh karenanya dirinya meminta kepada aparat penegak hukum
agar menangkap semua pihak yang menjadi provokator dalam kejadian itu. “Harus
ditangkap Toni Rusman termasuk zulkifli, zulkifli itukan termasuk yang
menandatangani surat kita kanapa dia diam saja dia juga harus dipanggil itu,”
tegasnya.
Hal senada
diungkapkan H Muhammad Mat Lekat Amar (65), orang tua kandung Prana Desta SIP. Warga
yang tinggal di Jl Nur Ilahi Kelurahan Prabujaya ini berharap supaya hukum
ditegakkan seadil-adilnya. “Yang betul-betul bersalah saya minta dihukum
seberat-beratnya, karena mereka sudah ingin membunuh (Prna Desta, red),” ungkap
Amar dengan nada terbata-bata dan mata menitikkan air mata.
Disinggung mengenai
kejadian yang menimpa anaknya, H Muhammad Lekat menuturkan, kejadian yang
menimpa anaknya itu terjadi lantaran ada pihak yang merasa kepentingannya yang
terganggu dengan rencana pemanfaatan lahan untuk dibangun PPKR bagi warga
setempat.
Sementara mengenai
isu bahwa Prana Desta terlibat penjualan tanah ulayat ataupun mengenai adanya
informasi bahwa anaknya tersebut mengetahui adanya penjualan tanah milik
ulayat, M Lekat menuturkan hal tersebut sama sekali tidaklah benar. Tanah yang
dipersengketakan itu, menurut M Lekat adalah kepunyaan Eka Samindra, SH
“Tanah itu (yang
dipertikaikan, red) ternyata ada yang punya yakni generasi Hasan Jaki adik dari
Kosim Dzaki mantan Bupati Muara Enim. Nah Eka ini adalah menantu dari Hasan Jaki
itu dan dia mendapatkan warisan,” bebernya.
Mengenai lahan
itu akan diperuntukan untuk kepentingan apa, M Lekat menjelaskan, menurut
cerita anaknya kepada dirinya, Lahan itu rencananya akan digunakan untuk
kepentingan warga setempat dimana nantinya lahan akan dikelola menjadi lahan
perkebunan yang dikelola secara PPKR.
“Agar pemilik
dan warga tidak dirugikan, rencananya akan dibentuk perkebunan karet rakyat,
dimana nantinya lahan tersebut akan dibagikan kepada warga kelurahan payuputat
agar warga menjadi sejahtera. Tujuannya itu baik untuk kesejahteraan
masyarakat, tapi ada yang tidak setuju dan merasa terusik kepentingannya,”
pungkasnya. (abu)
Pasca Aksi Amuk Massa, Lurah dan Camat langsung di Copot
Prabumulih,
Palembang Pos.-
Pasca terjadinya aksi amuk massa
terhadap Prana Desta, SIP yang merupakan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan
Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH
(48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim,
Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih langsung mengambil langkah cepat dengan
mencopot Prana Desta SIP dari jabatannya sebagai Lurah Kelurahan Payuputat.
Bukan
hanya Prana Desta saja, Ibrahim, SSos MSi yang merupakan Camat Kecamatan
Prabumulih Barat juga mendapat imbasnya. Ibrahim juga dicopot dari jabatannya
sebagai Camat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih. Keduanya kini duduk
sebagai staf secretariat daerah (Setda) Kota Prabumulih.
Prana
Desta, SIP digantikan oleh Edi Suanto, SH sementara Ibrahim S.Sos digantikan
oleh M Daud, SH. Proses pergantian camat dan lurah yang terkesan dadakan itu,
dilantik langsung oleh Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyagh Fikri SH bertempat
di ruang rapat Pemkot Prabumulih, Rabu (29/05) sekitar pukul 10.30 WIB, tanpa
dihadiri camat dan lurah yang digantikan.
Dalam
sambutannya meminta kepada lurah dan camat yang baru saja dilantik untuk segera
melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan
masyarakat Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih. Tidak
hanya itu saja, pihaknya juga meminta lurah dan camat agar segera mencari jalan
penyelesaian konflik itu sehingga masyarakat merasa terayomi.
Wakil Walikota
Prabumulih, Andriansyah Fikri SH ketika dibincangi wartawan usai melantik Lurah
dan Camat menuturkan, mutasi terhadap pejabat tersebut ada kaitannya dengan
terjadinya aksi amuk massa terhadap lurah kelurahan payuputat yang terjadi
Selasa (28/05) yang lalu.
Menurut
Fikri mutasiu tersebut, merupakan salah satu cara meredam emosi warga. “Ada
(kaitannya dengan aksi amuk massa), merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
meredam emosi warga terkait aksi amuk massa. Selain itu, kondisi lurah yang
dalam keadaan tidak memungkinkan menjalankan tugas juga menjadi alas an mutasi
tersebut,” ujarnya.
Disinggung
langkah lain apa yang akan diambil pemerintah terkait kejadian yang nyaris
menewaskan lurah payuputat tersebut, mantan Ketua DPRD Kota Prabumulih ini
menuturkan, pihaknya akan menurunkan tim untuk menginventarisir dan
mengumpulkan data terkait aksi amuk massa tersebut. “Tim ini nantinya akan mengumpulkan data, mulai dari
penyebab kejadian sampai dengan persoalan lahan yang dipersengketakan,”
tukasnya.
Mengenai
status tanah yang dipesengketakan, Fikri mengaku, pihaknya belum mengetahui
secara pasti status tanah di Kelurahan Payuputat itu. “Itulah mengapa kita
menurunkan tim, agar kita mengetahui secara pasti penyebab keributan dan juga
status tanah tersebut,” ujarnya mengakhiri perbincangan. (abu)
Diamuk Massa, Lurah Payuputat Nyaris Tewas
Prabumulih,
Palembang Pos.-
Diduga gara-gara menjual tanah
seluas 700 hektar yang merupakan milik warga serta tanah ulayat alias tanah
marga, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumuliuh,
Prana Desta SIP dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I
Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, nyaris tewas akibat diamuk
ratusan warga Kelurahan Payuputat.
Keduanya
terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Prabumulih, dengan kondisi setengah
sadar akibat mengalami trauma serta mengalami luka robek pada bagian kepala
serta luka lebam disekujur tubuh akibat terkena lemparan batu dan dipukul
dengan menggunakan kayu dan besi.
Pantauan
dilapangan, warga yang mengamuk terlihat mengepung ruang Sekretaris Lurah
(Seklur) dimana didalam ruangan tersebut, terdapat lurah dan Eka Samindra. Warga
yang emosi, mencoba mendobrak masuk namun langkah tersebut diahalangi anggota
Polres Prabumulih yang dipimpin langsung oleh Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry
OSkag SIK.
Warga
yang telah emosi tidak tinggal diam begitu saja, warga yang telah kesal
melempari dan mendobrak jendela dimana lurah bersembunyi. Bahkan warga sampai
nekat naik tangga, agar dapat mendobrak terali besi serta dinding kantor lurah
yang dibangun dalam bentuk panggung dan permanen itu.
Usaha
tersebut membuahkan hasil, terali dan dinding bangunan yang dibangun dengan
menggunakan dana APBD tersebut berhasil dijebol sehingga warga dengan leluasa
dapat melemparai keduanya yang sudah ketakutan dan tak berdaya. Lemparan batu
dan pukulan kayu pun bersarang dikepala dan tubuh keduanya, hingga darah segar
membasahi baju dinas lurah.
Aparat
kepolisian dan anggota TNI dari Koramil Prabumulih tak dapat berbuat banyak
dengan aksi warga itu. Pasalnya, ketika polisi mencoba menghalangi emosi warga
justru semakin memuncak.
Selanjutnya,
diduga lantaran tak tahan lagi menjadi bulan-bulanan massa, Eka Samindra
berusaha menyelamatkan diri dengan berlari keluar dari kantor lurah diikuti
oleh Lurah Payuputat. Hal itu kian menyulut emosi warga, warga langsung
melemparinya dan memukulinya dengan kayu serta besi. Melihat aksi itu, Kapolres
Prabumulih langsung berusaha menyelamatakannya, akibatnya orang nomor satu di
Polres Prabumulih itu juga tak luput dari aksi pelemparan dan pemukulan yang
dilakukan warga.
Untuk
menenangkan massa, polisi pun memberikan tembakan peringatan ke udara tapi
emosi warga tak terbendung lagi warga terus mengejar dan memukuli keduanya. Eka
berhasil diselamatkan masuk kedalam mobil, tapi nahas bagi Lurah dirinya justru
terkepung massa. Hingga akhirnya dirinya memilih untuk menyelamatkan diri
dengan masuk kedalam lebak yang ada dipinggir ruas jalan didepan kantor lurah.
Warga
yang emosi terus memukulinya dan menusuk-nusuknya dengan menggunakan kayu. Hingga
akhirnya dirinya diselamatakan oleh aparat kepolisian, dirinya langsung
dimasukkan kedalam mobil dan dibawa ke RS Pertamina Prabumulih.
Warga
Mengaku Kesal, Ratusan Tanah Ulayat di Jual oleh Lurah
Aksi amuk massa
yang nyaris menewaskan Prana Desta SIP, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan
Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa
Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, belakangan diketahui pemicunya
bermula ketika warga mengetahui bahwa tanah ulayat serta tanah milik mereka
telah terjual.
Ironisnya,
menurut informasi yang mereka dapat proses jual beli tanah tersebut justru
diketahui oleh lurah. Warga mengaku
telah mempertanyakan hal tersebut kepada lurah, namun mereka justru mendapatkan
jawaban yang tidak sesuai yang mereka harapkan. Puncaknya, kemarin siang
sekitar pukul 14.00 WIB antara penjual dan pembeli tengah mengurus surat
keterangan jual beli dikantor lurah.
Mendengar
hal itu, sejumlah warga mendatangi kantor lurah untuk mengetahui secara pasti
kebenarannya. Namun ketika warga berdatangan, mereka justru disuruh pulang
kerumah masing-masing dan ketika itu menurut salah seorang warga lurah sempat
mengatakan urusan jual beli tanah tersebut biar dirinya yang mengurus.
Diduga
akibat perkataan itulah, warga menjadi emosi dan dari mulut kemulut informasi
itu nyampai hamper keseluruh warga kelurahan yang berjarak 25 km dari pusat
kota itu. Dalam waktu sekejap, ratusan warga ramai mengepung kantor lurah dan
tidak tahu siapa yang memulai keadaan tiba-tiba memanas.
Warga
mulai berbuat anarkis, dengan menghancurkan peralatan kerja yang ada dikantor
milik pemerintah itu. Tidak hanya sebatas itu saja, warga juga mulai memukuli
lurah dan penjual tanah tersebut. Beruntung ketika itu, ada warga yang
menyelamatkannya kedua orang tersebut langsung diselamatkan dengan dimasukkan
kedalam ruang kerja sekretaris lurah.
Salah
seorang warga bernama Rusman mengatakan, berdasarkan data yang didapat tanah
milik warga dan ulayat tersebut dijual 3 tahap yakni tahap pertama tanah
dikawasan Lontar seluas 150 hektar dengan harga yang terterang dalam surat jual
beli Rp750 juta, tanah dikawasan Bujuk 250 hektar dan dikawasan Lematang seluas
520 hektar.
“Tanah
itu dijualnya sebanyak 3 lokal (tahap) di Lontar 150 hektar, bujuk 250 hektar
dan lematang 520 hektar ini kami ado buktinyo surat keterangan jual belinya
disini jelas proses jual beli ini diketahui oleh lurah dan dijual oleh Eka
Samindra yang sekarang ada didalam kantor lurah,” ujarnya.
Sementara
warga lainnya yang enggan menyebutkan namanya menuturkan, berdasarkan surat
jual beli yang mereka kantongi ada 3 orang yang membeli lahan yang dijual Eka bekerjasama
dengan lurah yakni BS, YO yang diduga merupakan perwira menengah di Polres
Prabumulih dan MA yang terkenal sebagai tokeh getah.
“Disinini
masih banyak owong yang hidup saro, enjukan bae tanah itu samo warga itukan
tanah ulayat jugo. Kurang kurang tanah warga nian lah dijualkenyo pulo oleh
lurah itu, hebat nian dio dikironyo kami ini buto apo,” tukasnya.
Senada
diungkapkan Mat Lekat, Ketua RT 2 RW 6 Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih
Barat. Mat Lekat mengatakan, ratusan tahan yang ada dikawasan tersebut telah
dijual oleh lurah kepada Eka. “Kami baru tahu ketika dia mau menggarap lahan
tersebut,” tandasnya.
Tak
Gubris Kehadiran Wakil walikota
Untuk
menenangkan warga yang tengah emosi, Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyah
Fikri SH, mendatangi lokasi kejadian. Tapi
sayangnya, kehadiran orang nomnor 2 di Pemkot Prabumulih ini sama sekali tak
digubris oleh warga Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat.
Warga
berkeyakinan, kehadiran wawako hanya untuk menenangkan mereka saja bukan untuk
menyelesaikan persoalan yang telah terjadi. Oleh karenanya, ketika wawako
menanyakan apa permintaan warga dalam penyelesaian kasus tersebut warga dengan
tegas menginginkan lurah mati. “Kami ingin
lurah mati Cuma itu saja, sudah itu kami ingin agar tanah kami dikembalikan
lagi dan surat jual beli tidak sah,” teriak warga dengan nada emosi.
Mendengar pernyataan warga tersebut, wawako tak dapat berbuat apapun bahkan kelang beberapa jam kemudian, wawako memilih untuk meninggalkan lokasi kejadian mengingat kondisi yang sudah tidak kondusif lagi.
Mendengar pernyataan warga tersebut, wawako tak dapat berbuat apapun bahkan kelang beberapa jam kemudian, wawako memilih untuk meninggalkan lokasi kejadian mengingat kondisi yang sudah tidak kondusif lagi.
Sementara
itu ketika wartawan mencoba mengkonfirmasi perihal kejadian tersebut
kepada Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag, orang nomor 1 di Polres
Prabumulih itu enggan berkomentar (abu)
Senin, 27 Mei 2013
Kerap Mengamuk, Ani Dipasung
Prabumulih, Palembang
Pos.-
Malang nasib dialami
Sepriani alias Ani (30), warga Jalan Singgalang Kelurahan Muara Dua Kecamatan
Prabumulih Timur Kota Prabumulih. Gara-gara dianggap mengalami gangguan jiwa
Gadis remaja tersebut dipaksa hidup dalam pasungan, oleh keluarganya.
Pihak keluarga
mengaku terpaksa memasung anak ke 2 dari 4 bersaudara tersebu, dengan
menggunakan pasung terbuat dari kayu kaki kanan Ani dipasung dengan
alasan khawatir korban yang sering mengamuk akan membahayakan anggota keluarga
tetangga dan orang lain, yang berada didekat Ani.
Pemasungan
terhadap gadis yang pernah mengenyam sekolah sampai kelas 3 SMP tersebut, telah
dilakukan sejak awal tahun 2012 yang lalu. Ani dipasung dalam sebuah rumah
berukuran 4 x 6 yang sengaja dibuat orang tuanya sebagai tempat untuk
memasungnya.
Cek Ahmad (67), orang tua kandung korban menuturkan, gangguan jiwa yang dialami anaknya tersebut bermula ketika anaknya yang kala itu masih duduk dibangku SMP mengenal yang namanya cinta.
Namun, disaat
tengah dimabuk cinta pacar anaknya tersebut memutusnya. Tak pelak hal itu
membuat Ani menjadi prustasi, sampai nekat meminum cairan asam sulfat atau yang
lebih dikenal dengan sebutan cuka para.“Untung masih biso ditolong,”ujar orang
tua Ani ketika menuturkan kisah yang dialami anaknya sembari menitikkan air
mata.
Pasca kejadian
itu, kondisi kejiwaan Ani semakin tidak stabil. Tanpa sebab Ia kerap bicara,
tertawa dan menangis seorang diri. Parahnya lagi, Ani kerap mengamuk dengan
memukuli orang yang berada disekitarnya serta memecah dan membanting
benda-benda yang ada didekatnya.
Pihak keluarga
mengaku telah mencoba mengobati, dengan membawa Ani ke RS Ernaldi Bahar. Tapi
karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan, akhirnya pihak keluarga tak
sanggup lagi membiayai biaya pengobatan. "Pas balek dari rumah sakit, dio
sering ngelamun terus galak ketawo-tawo dewek. Trus kalo ditegur galak dak
nyahut. Kadang teriak-teriak dewek," tandasnya.
Karena tak ada
cara lain untuk mengobati anaknya, sementara kondisi anaknya kian parah, Cek
Ahmad mengaku, akhirnya dengan terpaksa dirinya dan pihak keluarga memilih
memasung putri kesayangannya itu dalam sebuah bangunan yang telah Ia siapkan. "Sebenarnya
aku dak tega pak, sebab biar bagamanapun dia itu anak kami. Tapi karena
keadaan, apa boleh buat daripada Ia membahayakan orang lain," pungkasnya. (abu)
Minggu, 19 Mei 2013
Penyidikan Kasus Bibit Ikan Unggul, Jalan Ditempat
Prabumulih,
Palembang Pos.-
Penyidikan kasus
dugaan penyimpangan kegiatan pengembangan bibit ikan unggul, dengan menggunakan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun anggaran
2011 dengan total anggaran Rp1.233 miliar yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian
Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Perikanan (DP2KP2) Kota Prabumulih, yang
menyebabkan Negara mengalami kerugian sebesar Rp185 juta, yang kini ditangani Jaksa
Penyidik Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri (Kejari), sampai sekarang belum
ada perkembangan alias jalan ditempat.
Jaksa
penyidik hingga saat ini belum melakukan penahanan terhadap empat orang yang
telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Terhambatnya kasus
tersebut, diduga lantaran sampai saat ini pihak penyidik belum mengantongi
hasil audit yang dilakukan badan pengawas keuangan dan pembangunan (BPKP)
Provinsi Sumatera Selatan.
Kepala
Kejaksaan Negeri (Kajari) Prabumulih, Mahmudi SH MH melalui Kasi Tindak Pidana
Korupsi (Pidsus), R Andra Kurniawan SH, ketika dikonfirmasi wartawan membantah
jika kasus yang tengah ditanganinya itu jalan ditempat. Menurut R Andra, saat
ini pihaknya masih terus melakukan penyidikan.
“Tidak
benar itu jalan ditempat, kami penyidik kasus tersebut masih terus bekerja. Kami
terus memperdalam kasus ini, dengan memeriksa sejumlah saksi yang berkaitan
dengan kasus tersebut,” ujar R Andra Kurniawan SH.
Diakui
Kasi Pidsus, sejauh ini pihaknya belum melakukan penahanan terhadap ke empat
tersangka yang terdiri dari Ir HN (48), warga Jl Jendral Sudirman Kelurahan
Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih,yang diduga merupakan
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Perikanan (DP2KP2)
selaku Pengguna Anggaran (PA).
Sementara tersangka lainnya yakni, ED (43), warga Perumnas Kepodang Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat, selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan AN (41), warga Jalan Basuki Rahmat Desa Tanjung Raman Kecamatan Prabumulih Selatan Kota Prabumulih, selaku pengawas kegiatan.
Sementara tersangka lainnya yakni, ED (43), warga Perumnas Kepodang Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat, selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan AN (41), warga Jalan Basuki Rahmat Desa Tanjung Raman Kecamatan Prabumulih Selatan Kota Prabumulih, selaku pengawas kegiatan.
Kemudian
tersangka lainnya yang ditetapkan sebagai tersangka berasal dari PT Krisjaya
selaku pihak pelaksana proyek yakni RT (46), warga Dusun I Desa Talang Balai
Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI). Hal itu dikarenakan, sampai
saat ini pihaknya belum menerima hasil audit yang dilakukan oleh BPKP Provinsi
Sumsel.
“Untuk melakukan
penahanan, kami masih menunggu hasil audit yang dilakukan oleh BPKP. Jika telah
mengantongi hasil audit tersebut, baru kita mengambil keputusan terkait kasus
ini,” tegasnya.
Senada diungkapkan
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sumatera Selatan, Jhoni Ginting, SH MH ketika
dibinangi wartawan usai mengikuti pelantikan Walikota dan Wakil Walikota
Prabumulih periode 2013-2018 beberapa waktu lalu, ketika itu secara tegas
Kajati menuturkan, kasus dugaan korupsi itu terus berjalan.
“Kasusnya masih
berjalan, hanya saja untuk melakukan penahanan terhadap tersangka, penyidik
masih menunggu hasil audit yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Sumsel. Nanti jika
hasilnya telah keluar, teman-teman media pasti akan diberitahukan,” pungkasnya.
(abu)
Langganan:
Postingan (Atom)