Lagi, Truk Batu bara "Makan" korban

Ciiiiiiitttt bruaaaakkk, suara benturan benda keras terdengar memecah keheningan pagi dikawasan Jalan Jendral Sudirman Km 11.

Dihajar "Ular Besi" Kakek 5 Cucu Tewas

Kecelakaan berujung maut kembali terjadi di jalur kereta api yang terbentang di Kota Prabumulih,

Sidang Perkara Pembunuhan Pasutri Ricuh

Tapi situasi masih dapat dikendalikan, pihak keamanan berhasil memaksa keluarga korban keluar dari ruang persidangan. Tapi pada saat terdaklwa digiring kedalam mobil, emosi keluarga korban tak dapat dibendung lagi.

Kompensasi Tidak Manusiawi, Warga Blokir Jalan

Menurut sejumlah warga, aksi itu dilakukan lantaran warga menilai pihak pertamina telah bertindak semena-mena serta tidak manusiawi

Polisi Tembak Mati Gembong Perampokan

pria yang memiliki tato kupu-kupu dilengan kiri dan tato bunga mawar dipaha kanannya ini melawan saat hendak ditangkap petugas dengan menembak senjata api rakitan

Jumat, 20 September 2013

Sanggup Dihukum Mati untuk Tebus Kesalahan




Motif lain dari pembunuhan korban Khairul Saputra (16), pelajar kelas II SMK Unggulan Kota Prabumulih, karena pelaku takut korban melapor. Hal itu diungkapkan tersangka lainnya Juli Wijaya alias Bimo (17), warga Jalan Senuling, Gang Minggun, Kelurahan Prabumulih, Kecamatan Prabumulih Barat. Berikut penuturan Bimo kepada Palembang Pos.

PRABU AGUSTIAWAN – PRABUMULIH

Sama seperti yang diungkapkan Reza Pahlevi temannya yang juga ditahan dalam kasus yang sama, Bimo mengaku sangat menyesal atas perbuatannya terhadap Khairul Saputra. Bahkan kepada wartawan koran ini, Bimo mengaku siap menerima hukuman terberat sekalipun, seperti hukuman mati atas perbuatannya.

“Nyesal nian kak aku lah bunuh dio tuh, aku sanggup dihukum mati kak untuk menebus kesalahan aku itu. Waktu kejadian itu aku panik, takut kalu dio ngelapor ke polisi dan aku ditangkap oleh polisi. Makonyo waktu itu aku spontan ngomong ‘Ai kalu dak dibunuh, aku yang dilaporkan ke polisi, lemak kamu dak dikenal dio’. Terus aku pukul korban dengan kayu,” bebernya.

Dikatakan Bimo, setelah ia melakukan pemukulan terhadap korban, ia langsung berjalan kearah motor; dan pada saat itulah Reza menusuk korban berkali-kali hingga tewas. “Waktu aku lihat Reza nusuk korban dengan ladeng, sampai dio dak begerak lagi, setelah itu kami langsung lari, aku bawa motor korban,” ucapnya.

Masih kata Bimo, sebenarnya hari itu mereka hanya ingin memperdayai korban dengan mengambil uang dan Hp-nya saja. “Nak ngambek HP samo duitnyo bae kak, rencanonyo duitnyo untuk beli makanan samo minuman selama kami di Gelumbang. Kami kan lagi nunggu lokak gawean disano,” imbuhnya sembari menundukkan kepala tanda penyesalan.

Sama seperti yang diungkapkan Reza, Bimo yang mengaku anak ke-2 dari 5 bersaudara ini menjelaskan, dirinya sangat menyesali perbuatannya itu, apalagi antara dia dan korban saling kenal. “Dio tu baek kak, dak banyak ulah, itulah ngapo waktu itu aku tepeker nak ngeceki dio, aku yakin dio dak bakal melapor. Tapi pas kejadian, justru aku ketakutan dan panik,” katanya.

“Nyesal-nyesal nian kak aku lah melakukan ini, gara-gara ini aku laju masuk penjaro. Dak tau cak mano kagek di penjaro, cak mano dengan keluargo aku masih nerimo dak aku, kalu lah keluar kagek. Bingung nian kak aku nih sekarang, dak biso ngapo-ngapoi lagi, Cuma biso pasrah bae dengan keadaan ini,” pungkasnya dengan mata berkaca-kaca. (**/Habis)

Pengakuan M Reza Pahlevi, Tersangka Pembunuhan Khairul Saputra


Berniat Menyerah, Tapi Takut Masuk Penjara

Penyesalan tak pernah datang didepan, namun dikemudian hari atau belakangan. Ini juga dialami M Reza Fahlevi (18), warga Jalan Tri Sukses, Kelurahan Mangga Besar, Kecamatan Prabumulih Utara, Kota Prabumulih, satu dari 3 tersangka pembunuhan Khairul Saputra (16), pelajar Kelas 2 SMK Unggulan Kota Prabumulih. Bagaimana penyesalan dirasakan pria yang hanya mengenyam bangku sekolah hingga kelas 2 SMA ini? Simak penuturannya kepada Palembang Pos.

PRABU AGUSTIAWAN – PRABUMULIH

Pagi itu wartawan Palembang Pos sengaja mendatangi Polres Prabumulih, guna mengetahui kondisi terakhir, tiga orang pelaku pembunuhan yang sempat menghebohkan Kota Prabumulih. Setelah meminta izin kepada Kasat Reskrim AKP M Khalid Zulkarnaen SIk; dan juga Kabag Ops AKP Tri Wahyudi SH, akhirnya Palembang Pos dapat menemui tersangka dengan mendapat pengawalan dari anggota Polres Prabumulih.

Ketika tiba di ruang tahanan, wartawan melihat tiga orang remaja berpenampilan lusuh dan pucat, dikarenakan beban yang mereka rasakan. Dari balik jeruji besi, terlihat satu diantara mereka pagi itu mengenakan baju kaos berwarna coklat dan celana pendek abu-abu, yang tak lain adalah M Reza Fahlevi, anak ke-3 dari 4 bersaudara, buah cinta dari pasangan HR dan SD.

Semula Reza terlihat takut ketika didekati wartawan Koran ini, tapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan kedatangannya, akhirnya dengan mengalir Reza langsung menceritakan penyesalannya.
“Nyesal nian kak aku mbunuh Putra (korban,red), gara-gara bunuh dio, aku laju masuk penjaro. Dak katek nian kak rencano kami nak bunuh dio tu, kami tuh Cuma nak ngeceki dio bae, nak kami ambek duit samo hp-nyo. Tapi dak tau ngapo laju dio kami bunuh,” ujar Reza dengan pandangan mata kosong mengingat beban yang akan dijalaninya selama di penjara.

Dijelaskan Reza, penusukan dilakukannya terhadap korban dilakukan secara spontan, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kemudian hari, akibat perbuatannya itu. “Spontan bae kak waktu dengar Bimo ngomong Ai kalu dak dibunuh, aku yang dilaporkan ke polisi, lemak kamu dak dikenal dio, sambil memukul korban dengan kayu. Aku jugo langsung nusuk Putra dengan ladeng (pisau,red) yang aku selipkan di pinggang,” bebernya.

Setelah melakukan penusukan itu, kata pria yang pernah bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang migas ini, dirinya langsung kabur. “Aku dibonceng oleh Ilham makai motor yang kami pinjam dari kawannyo, setelah itu kami jual hp dan motor, aku dapat bagian Rp 200 ribu. Siso duit jual motor dan hp kami gunakan untuk makan dan minum selama di Gelumbang (tempat persembunyian),” ucapnya.

Masih kata Reza, dalam pelariannya itu, dirinya tidak pernah merasa tenang, karena dihantui rasa bersalah dan ketakutan, akan apa yang terjadi kelak. “Dak biso makan, tiduk dak nyenyak, pokoknyo gelisah serba salah. Bahkan aku sempat berniat nak menyerahkan diri, tapi itu urung aku lakukan, karena takut masuk penjara,” tukasnya sembari menuturkan dirinya sangat menyesal atas perbuatannya itu dan akan meminta maaf pada pihak keluarga korban, bila kelak keluar dari penjara.

‘’Aku nak minta maaf kak samo keluargo Putra, aku jugo nak ziarah ke kuburnyo kalu aku keluar penjaro kagek. Aku nyesal nian lah bunuh dio, dak nian aku nak ngulangi perbuatan itu lagi. Aku nyesal nian kak, Cuma sekarang aku dak biso apo-apo lagi, Cuma biso jalani hukuman akibat perbuatan aku itu,” pungkasnya mengakhiri pembicaraan. (***)