Lagi, Truk Batu bara "Makan" korban

Ciiiiiiitttt bruaaaakkk, suara benturan benda keras terdengar memecah keheningan pagi dikawasan Jalan Jendral Sudirman Km 11.

Dihajar "Ular Besi" Kakek 5 Cucu Tewas

Kecelakaan berujung maut kembali terjadi di jalur kereta api yang terbentang di Kota Prabumulih,

Sidang Perkara Pembunuhan Pasutri Ricuh

Tapi situasi masih dapat dikendalikan, pihak keamanan berhasil memaksa keluarga korban keluar dari ruang persidangan. Tapi pada saat terdaklwa digiring kedalam mobil, emosi keluarga korban tak dapat dibendung lagi.

Kompensasi Tidak Manusiawi, Warga Blokir Jalan

Menurut sejumlah warga, aksi itu dilakukan lantaran warga menilai pihak pertamina telah bertindak semena-mena serta tidak manusiawi

Polisi Tembak Mati Gembong Perampokan

pria yang memiliki tato kupu-kupu dilengan kiri dan tato bunga mawar dipaha kanannya ini melawan saat hendak ditangkap petugas dengan menembak senjata api rakitan

Selasa, 04 Juni 2013

Bandit Pecah Kaca Bawa Kabur Duit Pengusaha Sawmill


Prabumulih, Palembang Pos.-
            Kawanan bandit pecah kaca kembali beraksi, kali ini korbannya Haryono (37), warga Desa Suban Jeriji Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. Uang tunai senilai Rp39 juta yang baru saja diambil dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Prabumulih milik pengusaha sawmill ini berhasil dibawa kabur kawanan bandit pecah kaca.

            Aksi bandit pecah kaca yang sempat menghebohkan tersebut, berlangsung dikawasan Jl Jendral Sudirman Kelurahan Tugu Kecil Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih tepatnya depan mini market Alfamart, Kamis (30/05) sekitar pukul 12.40 WIB.

            Informasi berhasil dihimpun, siang itu korban bersama Elda (35), isterinya dan anaknya yang masih kecil, baru saja usai mengambil uang di Bank BRI Prabumulih yang berada dikawasan Jl Jendral Sudirman Kelurahan Pasar Kecamatan Prabumulih Utara Kota Prabumulih. Rencananya uang tersebut, akan dipergunakan untuk membeli lahan seluas 4 hektar dikawasan Kecamatan Gunung Megang.

            Usai mengambil uang tersebut, korban sempat memarkirkan mobil Nissan Extrail BG 1056 NG miliknya dikawasan depan BCA yang ada dikawasan pasar untuk membeli mainan anaknya dan membeli pulsa. Ketika itu, uang tunai senilai Rp39 juta yang terbungku kantong asoi hitam ditinggal didalam dashboard mobil.

            Setelah menyelesaikan keperluannya disana, toke kayu ini kembali melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai dikawasan tugu kecil, mereka memutuskan untuk makan mie ayam yang ada disamping Alfamart. Lagi-lagi uang tunai yang baru saja mereka ambil ditinggalkan didalam mobil.

            Ketika mereka tengah asyik makan, dua orang pelaku yang menggunakan motor matic dating. Satu diantaranya turun dan mendekati mobil sementara pelaku lainnya menunggu dimotor, dalam waktu kurang dari lima menit pelaku berhasil menjebol kaca mobil bagian kiri. Seolah-olah mengetahui tempat korban menyimpan uang, pelaku langsung mengambil uang tersebut selanjutnya pelaku langsung kabur.

          Aksi kawanan bandit pecah kaca ini, sempat diketahui oleh Riansyah, tukang parker dikawasan itu. Ahkan Riansyah sempat mengejar pelaku, namun upayanya itu gagal pelaku lebih dahulu kabur dengan motornya.

            “Kami baru tahu mobil kami dipecah kaco dari tukang parker, waktu itu dio dating ngomongi kalu kaco mobil kami sudah dipecahkan oleh orang,” ujar Elda ketika dibincangi wartawan saat melaporkan kasus yang menimpanya di Mapolsek Prabumulih Timur, kemarin.

            Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry Oskag SIk melalui Kapolsek Prabumulih Timur, Iptu Toni Arman SH didampingi Kanit Reskrim Aiptu Riki Yanto ketika dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut, “saat ini kasusnya masih dalam penyelidikan anggota kita telah turun kelapangan,” tandasnya. (abu)

Bercita-cita ingin menjadi politisi handal


Dimasa kecil, semua orang pasti memiliki cita-cita ingin apa nantinya setelah besar. Begitupula dengan Prana Desta SIP, mantan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih, yang menjadi korban amukan warganya sendiri yang emosi lantaran tanah ulayat milik kelurahan tersebut diduga telah terjual dan hal itu diketahui oleh lurah.
Nah untuk mengetahui apa cita-cita Prana Desta SIP, wartawan Koran ini sengaja menyambangi RS Pertamedika Pertamina Prabumulih tempat dimana Desta dirawat pasca menjadi bulan-bulanan amuk massa.

Prabu Agustiawan – Prabumulih

Siang itu sekitar pukul 12,00 WIB, Palembang Pos mendatangi RS Pertamedika Pertamina Prabumulih. Dari kejauhan, terlihat ramai orang yang duduk didepan ruang Paviliun Beringin VVIP 2 dimana Desta panggilan akrab Prana Desta dirawat. Wajah-wajah penuh curiga dan sedih tak dapat ditutupi oleh orang-orang yang ada disana.

Mungkin ketika itu, pihak keluarga khawatir orang yang dating tersebut merupakan salah satu dari orang yang menyerang Desta. Oleh karenanya, ketika palpos menyampiri mereka langsung menanyakan identitas orang yang dating. “Dari mana mas? Mau ketemu siapa? Ujar salah seorang perempuan muda yang ada didepan ruangan tersebut kepada Palembang pos.

Setelah Palpos menerangkan tentang jati diri dan maksud kedatangan ke rumah sakit, pihak keluarga langsung menjelaskan bahwa kondisi Desta belum  lah stabil sehingga belum dapat ditemui apalagi diajak bicara. Oleh karenanya, wanita tersebut mengarahkan wartawan untuk menemui H Muhammad Lekat Ammar yang merupakan orang tua kandung dari Prana Desta.

Mengikuti saran perempuan tersebut, palpos akhirnya menghampiri H M Lekat Ammar yang siang itu mengenakan peci hitam dan baju kemeja warna putih. Ketika dihampiri, pria ini cukup ramah dan menyambut dengan baik kehadiran palpos dan dengan nada yang sangat sopan pria ini meminta agar pemberitaan mengenai anaknya agar diluruskan.

Sebab menurut dia, anaknya tersebut justru ingin memajukan Kelurahan Payuputat yang nota bene merupakan tanah kelahirannya. “Tidak benar itu anak saya menjual tanah ulayat, tanah yang mana yang dijual  anak saya. Dia itu justru mau memajukan payuputat, payu putat itu tempat lahir ayah jadi sama saja itu dusunnya dia,” ujar H M Lekat.

Dijelaskan pria berusia 67 tahun ini, anaknya tersebut semasa kecil mempunyai cita-cita menjadi seorang politis handal agar bias memajukan tanah kelahirannya. Oleh karenanya, untuk mewujudkan cita-citanya itu anak ke 2 dari 4 bersaudara itu memilih melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ilmu Politik di Universitas Pasundan.

“Cita-citanya mau jadi politisi handal, oleh karenanya setelah menamatkan SMA di Bandung dirinya langsung melanjutkan ke Fakultas Fisip di Universitas Pasundan. Tapi tidak tahunya, rupanya nasibnya justru menjadi pegawai negesi sipil (PNS) di Pemkot Prabumulih dan menjadi lurah,” bebernya.

Masih kata M Lekat, pria yang telah dikarunia 4 orang anak tersebut (Desta, red) memiliki kepriadian yang cukup baik dimata keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya, dirinya sama sekali tidak menyangka jika aksi penyerangan tersebut dapat menimpa putra kesayangannya itu.

“Dio tu orangnya baik, fleksibel dan suka membantu teman-temannya yang sedang dalam kesusahan. Kalau di keluarga, dia itu orangnya sangat mengayomi dan pengertian sekali dengan adik-adiknya. Dia juga taat ibadah tak jarang dirinya ditunjuk menjadi imam saat sholat berjamaah di payuputat,” bebernya.

Dipenghujung perbincangan, pria yang memilik 4 orang anak ini berharap agar persoalan yang menimpa anaknya itu diselesaikan secepatnya. Tidak hanya itu saja, pensiunan pertamina ini minta agar aparat penegak hokum menjalankan tugasnya sebaik-baiknya dalam menutaskan kasus tersebut.
“Kami harap, hokum benar-benar ditegakkan seadil-adilnya. Yang betul-betul bersalah saya minta dihukum seberat-beratnya, karena mereka sudah ingin membunuh anak saya (Prana Desta SIP, red),” pungkasnya. (***)

Aktifitas Pelayanan Dialihkan ke Polindes

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Memasuki hari ke dua pasca terjadinya amuk massa terhadap Prana Desta SIp Lurah Kelurahan Payu putat Kecamatan Prabumulih Barat yang kini telah dicopot dari jabatannya dan Eka Samindra SH, warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, roda pemerintahan berangsur pulih.

            Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih mengalihkan aktivitas kantor lurah ke gedung Polindes yang berada disebelah Kantor Lurah Payuputat. Seluruh staf kelurahan dan termasuk lurah mulai kemarin (30/05) mulai berkantor disana, dan nantinya seluruh bentuk pelayanan bagi masyarakat yang hendak mengurus pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) ataupun kepentingan lainnya, dilayani disana.

            Demikian diungkapkan, Camat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih, Daud SH ketika dibincangi via telepon genggamnya. Menurut Daud, langkah pengalihan kantor kelurahan tersebut telah disepakati bersama antara tokoh masyarakat, ketua RT dan ketua RW dan pihak keluarahan.

            “Tadi (kemarin, red) kami telah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh yang ada di kelurahan payuputat, guna membahas pengalihan aktifitas pelayanan kantor lurah. Dalam pertemuan itu, disepakati bersama bahwa pelayanan akan dialihkan ke Polindes yang berada disamping kantor lurah payuputat,” ujarnya.

            Dalam pertemuan itu juga, kata pria yang baru satu hari menjabat sebagai Camat ini, warga sepakat tidak akan melakukan pengrusakan terhadap kantor milik pemerintah tersebut. “Oleh karenanya, rencananya kita akan segera membersihkan kantor lurah yang porak poranda itu. Kita juga telah memanggil tukang, untuk membantu memperbaiki gedung yang rusak,” bebernya.

            Lebih lanjut Camat Prabumulih Barat ini menuturkan, dalam pertemuan itu masyarakat meminta kepada pihaknya agar pemerintah segera menyelesaikan persoalan tersebut, tanpa ada yang dirugikan. “Mereka menginginkan agar persoalan itu segera dituntaskan, mereka tak banyak tuntutan mereka Cuma menginginkan agar lahan mereka dikembalikan,” tandasnya.

            Seperti diberitkan sebelumnya, ratusan warga Kelurahan Payuputat mengamuk dengan melakukan aksi pemukulan dan pelemparan terhadap lurah kelurahan payuputat Prana Desa SIP (kini sudah dicopot) dan seorang warga bernama Eka Samindra SH. Pasalnya, warga emosi mendengar lahan ulayat milik kelurahan payuputat telah dijual dan hal tersebut ternyata diketahui oleh lurah.

            Beruntung tak ada korban jiwa dalam aksi tersebut, Desta dan Eka berhasil diselamatkan. Namun akibat serangan yang membabi buta, keduanya terpaksa dirawat secara intensif lantaran mengalami luka yang cukup parah dan mengalami trauma. Bukan hanya kedua orang itu saja, sejumlah aparat kepolisian dan angggota TNI termasuk Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag juga terkena lemparan batu dan pemukulan tersebut. (abu)

Polres Prabumulih akan turunkan Tim

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry Oskag, SIk mengatakan, pasca terjadinya aksi amuk massa terhadap Prana Desta SIP yang merupakan mantan Lurah Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, pihaknya akan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan.

            “Kita tetap akan proses, ini lagi kita dalami baik itu dari rekaman bukti-bukti foto ini akan terlihat siapa-siapa yang menjadi pemicu siapa siapa yang menjadi provokotor,” ujar pria dengan melati dua dipundaknya ini.

            Meskipun mengaku melakukan penyelidikan, Yerry OSkag mengatakan, penyelidikan yang dilakukan akan dilakukan secara perlahan. “Kita butuh waktu, mungkin tidak secepat itu kita perlu waktu apalagi situasi sekarangkan, Yang penting aman dululah nanti pelan-pelan akan mengarah penyidikan kearah sana,” ungkap pria yang sempat menjadi sasaran lemparan batu warga yang mengamuk kemarin.

            Disinggung mengenai mencuatnya nama seseorang berinisial YO yang diduga sebagai salah satu pihak yang tertera dalam surat pelepasan hak,  Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry Oskag SIk membantah inisial YO yang terdapat dalam surat pelepasan hak atas tanah warga seluas 250 hektar merupakan dirinya.

 Ia bahkan menegaskan bahwa dirinya tidak tahu menahu mengenai persoalan jual beli lahan serta tidak mengenal orang-orang yang terlibat dalam surat jual beli tersebut. Bahkan ia siap diperiksa apabila tim investigasi menemukan bukti keterlibatan dirinya. “Itu bukan saya. Silahkan dibuktikan,” tegasnya singkat.

Ia juga menuturkan meskipun terdapat kemiripan pada nama, namun ia tidak mengetahui bahwa namanya dimasukkan ke dalam surat tersebut. Mengenai nama Yerry Oskag dalam surat tersebut, ia menyatakan bahwa langsung dikonfirmasikan saja kepada Eka mengenai nama tersebut dan keterlibatannya. “kami juga sedang menyelidiki lebih dalam dan akan memeriksa saksi-saksi termasuk Lurah dan Eka. Tapi karena keduanya sedang dalam kondisi kritis, keduanya belum bisa dimintai keterangan,” bebernya.

Pantauan dilapangan Selasa malam (28/5), sekitar pukul 22.00 WIB, sekelompok massa berjumlah sekitar 100 orang berkumpul di wilayah simpang empat. Informasi yang beredar, sekelompok massa tersebut merupakan keluarga dari Lurah Payu Putat, Prana Desta yang akan melakukan aksi balas dendam. Namun, hingga pukul 00.00 WIB, ratusan massa tersebut hanya duduk-duduk dengan menjejerkan sepeda motor di pinggir jalan.

Sementara penjagaan di sekitar wilayah kejadian terutama di jalan masuk Kelurahan Payu Putat, tepatnya  di simpang tiga jalan gunung Kemalo Payu Putat, dilakukan penjagaan keamanan gabungan antara anggota kepolisian Polres Prabumulih, serta personil dari Batalyon Zeni Tempur 2/Samara Grawira. Sementara satu kompi pasukan dari satuan Brimob Polda Sumsel langsung diturunkan di tempat kejadian pada malam itu dan membubarkan diri keesokan paginya (29/5) sekitar pukul 09.00 WIB.

Sedangkan pada siang hari, suasana di lokasi kejadian terlihat sudah cukup aman dan kondusif. Tak ada tanda-tanda akan terjadi keributan susulan. Warga telah beraktivitas seperti semula. (abu)

Lurah Korban Amuk Massa Masih Trauma

Situasi Payuputat Aman dan Berjalan Seperti Biasa
Prabumulih, Palembang Pos.-

            Pasca menjadi korban pemukulan yang dilakukan oleh warganya, Prana Desta, SIP yang merupakan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, kini masih terbaring lemah di RS Pertamina Prabumulih.

            Prana Desta yang mengalami luka paling parah, kini sudah mulai sadar setelah sebelumnya (Selasa malam, red) menjalani operasi dikepalanya. Namun meskipun telah sadar, pihak keluarga Desta belum memperbolehkan wartawan mewawancarai pria yang baru saja dicopot dari jabatannya sebagai Lurah Payuputat. Menurut pihak keluarga Prana Desta belum dapat diajak bicara lantaran dirinya masih mengalami trauma.

“Maaf untuk wawancara belum bisa dilakukan, sebab kakak kami masih trauma kami sudah ada wakil dari keluarga  yakni kak Markus jika hendak mewawancarai tentang keadaan kakak kami ini,” ujar salah seorang keluarga korban yang enggan menyebutkan namanya.

Sementara korban lainnya yakni Eka Samindra, SH kondisinya sudah lebih membaik dibandingkan dengan mantan lurah payuputat tersebut. Bahkan, Eka yang mengalami luka bakar akibat terkena siraman cairan asam sulfat disekitar matanya ini, telah dapat dibincangi oleh wartawan, yang bersangkutan juga dapat membeberkan semua yang terjadi berdasarkan versi pihaknya.

Sementara pantauan dilapangan, suasana kelurahan payuputat kecamatan prabumulih barat pasca aksi amuk massa terlihat normal seperti tidak pernah terjadi amuk massa. Hanya saja, kondisi kantor lurah yang kemarin menjadi sasaran pelemparan warga masih berantakan dan telah dipasang garis polisi (police line).

Eka Samindra Tuding Ada Provokator dibalik Amuk Massa
Kepada wartawan, Eka Samindra, SH salah satu korban amuk massa yang dilakukan warga kelurahan payuputat kepada wartawan menuding aksi amuk massa tersebut terjadi akibat ada orang yang menjadi provokator sehingga warga yang semula tenag menjadi emosi bahkan sampai melakukan aksi anarkis dengan melakukan pemukulan terhadap dirinya dan lurah payuputat.

“Saya sudah bilang tadi, Si Rusman sama Antoni itu penggeraknya. Orang didalam ruangan itu (Kantor lurah, red) tidak akan rebut kalau tidak ada dia (Rusman dan Antoni). Desta ini kan ngobrol diruang tengah sama warga dan saya datang, saya jelaskanlah kepada warga dan warga mengerti datanglah antoni dari luar, rumah rusman didepan kantor lurah itu. Itulah dia langsung goco Desta itu,” ungkap Eka, kepada wartawan.

Mengenai status tanah tersebut yang dikatakan masyarakat sebagai tanah adat, Eka menantang masyarakat untuk membuktikannya. “Kalau memang itu tanah adat, orang tu harus membuktikan, harus membuktikan. saya kalau itu tanah adat surat saya tidak akan keluar surat saya dari kehutanan itu, karena itu bukan tanah adat,” tukasnya. Seraya menuturkan Tanah Negara itu yang menguasai kehutanan bukan masyarakat, tanah ulayat itu kan tanah Negara.

Dijelaskan Eka lebih lanjut, surat yang dibuat dikantor camat beberapa waktu lalu itu merupakan untuk pembagian pemecahan surat. Sebab menurut dia, surat yang ada berada satu buku dan harus dipecah. “Jadi masyarakat asumsinya lain ibaratnya lurah sama saya sudah dapat duit jual-jual tanah itu asumsinya, kalau dah banyak duit dah makai mobil dak makai motor lagi dak suntuk lagi,” bebernya.

Minta Agar Hukum Ditegakkan seadil-adilnya
Terkait aksi pemukulan yang dialaminya, Eka menuturkan dirinya tidak menerima karena dirinya tidak merasa bersalah. Oleh karenanya dirinya meminta kepada aparat penegak hukum agar menangkap semua pihak yang menjadi provokator dalam kejadian itu. “Harus ditangkap Toni Rusman termasuk zulkifli, zulkifli itukan termasuk yang menandatangani surat kita kanapa dia diam saja dia juga harus dipanggil itu,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan H Muhammad Mat Lekat Amar (65), orang tua kandung Prana Desta SIP. Warga yang tinggal di Jl Nur Ilahi Kelurahan Prabujaya ini berharap supaya hukum ditegakkan seadil-adilnya. “Yang betul-betul bersalah saya minta dihukum seberat-beratnya, karena mereka sudah ingin membunuh (Prna Desta, red),” ungkap Amar dengan nada terbata-bata dan mata menitikkan air mata.

Disinggung mengenai kejadian yang menimpa anaknya, H Muhammad Lekat menuturkan, kejadian yang menimpa anaknya itu terjadi lantaran ada pihak yang merasa kepentingannya yang terganggu dengan rencana pemanfaatan lahan untuk dibangun PPKR bagi warga setempat.

Sementara mengenai isu bahwa Prana Desta terlibat penjualan tanah ulayat ataupun mengenai adanya informasi bahwa anaknya tersebut mengetahui adanya penjualan tanah milik ulayat, M Lekat menuturkan hal tersebut sama sekali tidaklah benar. Tanah yang dipersengketakan itu, menurut M Lekat adalah kepunyaan Eka Samindra, SH

“Tanah itu (yang dipertikaikan, red) ternyata ada yang punya yakni generasi Hasan Jaki adik dari Kosim Dzaki mantan Bupati Muara Enim. Nah Eka ini adalah menantu dari Hasan Jaki itu dan dia mendapatkan warisan,” bebernya.

Mengenai lahan itu akan diperuntukan untuk kepentingan apa, M Lekat menjelaskan, menurut cerita anaknya kepada dirinya, Lahan itu rencananya akan digunakan untuk kepentingan warga setempat dimana nantinya lahan akan dikelola menjadi lahan perkebunan yang dikelola secara PPKR.

“Agar pemilik dan warga tidak dirugikan, rencananya akan dibentuk perkebunan karet rakyat, dimana nantinya lahan tersebut akan dibagikan kepada warga kelurahan payuputat agar warga menjadi sejahtera. Tujuannya itu baik untuk kesejahteraan masyarakat, tapi ada yang tidak setuju dan merasa terusik kepentingannya,” pungkasnya. (abu)

Pasca Aksi Amuk Massa, Lurah dan Camat langsung di Copot

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Pasca terjadinya aksi amuk massa terhadap Prana Desta, SIP yang merupakan Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih langsung mengambil langkah cepat dengan mencopot Prana Desta SIP dari jabatannya sebagai Lurah Kelurahan Payuputat.

            Bukan hanya Prana Desta saja, Ibrahim, SSos MSi yang merupakan Camat Kecamatan Prabumulih Barat juga mendapat imbasnya. Ibrahim juga dicopot dari jabatannya sebagai Camat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih. Keduanya kini duduk sebagai staf secretariat daerah (Setda) Kota Prabumulih.

            Prana Desta, SIP digantikan oleh Edi Suanto, SH sementara Ibrahim S.Sos digantikan oleh M Daud, SH. Proses pergantian camat dan lurah yang terkesan dadakan itu, dilantik langsung oleh Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyagh Fikri SH bertempat di ruang rapat Pemkot Prabumulih, Rabu (29/05) sekitar pukul 10.30 WIB, tanpa dihadiri camat dan lurah yang digantikan.

Dalam sambutannya meminta kepada lurah dan camat yang baru saja dilantik untuk segera melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan masyarakat Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih. Tidak hanya itu saja, pihaknya juga meminta lurah dan camat agar segera mencari jalan penyelesaian konflik itu sehingga masyarakat merasa terayomi.

Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyah Fikri SH ketika dibincangi wartawan usai melantik Lurah dan Camat menuturkan, mutasi terhadap pejabat tersebut ada kaitannya dengan terjadinya aksi amuk massa terhadap lurah kelurahan payuputat yang terjadi Selasa (28/05) yang lalu.

            Menurut Fikri mutasiu tersebut, merupakan salah satu cara meredam emosi warga. “Ada (kaitannya dengan aksi amuk massa), merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meredam emosi warga terkait aksi amuk massa. Selain itu, kondisi lurah yang dalam keadaan tidak memungkinkan menjalankan tugas juga menjadi alas an mutasi tersebut,” ujarnya.

            Disinggung langkah lain apa yang akan diambil pemerintah terkait kejadian yang nyaris menewaskan lurah payuputat tersebut, mantan Ketua DPRD Kota Prabumulih ini menuturkan, pihaknya akan menurunkan tim untuk menginventarisir dan mengumpulkan data terkait aksi amuk massa tersebut. “Tim ini nantinya akan mengumpulkan data, mulai dari penyebab kejadian sampai dengan persoalan lahan yang dipersengketakan,” tukasnya. 
            Mengenai status tanah yang dipesengketakan, Fikri mengaku, pihaknya belum mengetahui secara pasti status tanah di Kelurahan Payuputat itu. “Itulah mengapa kita menurunkan tim, agar kita mengetahui secara pasti penyebab keributan dan juga status tanah tersebut,” ujarnya mengakhiri perbincangan. (abu)

Diamuk Massa, Lurah Payuputat Nyaris Tewas

Prabumulih, Palembang Pos.-
            Diduga gara-gara menjual tanah seluas 700 hektar yang merupakan milik warga serta tanah ulayat alias tanah marga, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumuliuh, Prana Desta SIP dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, nyaris tewas akibat diamuk ratusan warga Kelurahan Payuputat.

            Keduanya terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Prabumulih, dengan kondisi setengah sadar akibat mengalami trauma serta mengalami luka robek pada bagian kepala serta luka lebam disekujur tubuh akibat terkena lemparan batu dan dipukul dengan menggunakan kayu dan besi.

            Pantauan dilapangan, warga yang mengamuk terlihat mengepung ruang Sekretaris Lurah (Seklur) dimana didalam ruangan tersebut, terdapat lurah dan Eka Samindra. Warga yang emosi, mencoba mendobrak masuk namun langkah tersebut diahalangi anggota Polres Prabumulih yang dipimpin langsung oleh Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry OSkag SIK.

            Warga yang telah emosi tidak tinggal diam begitu saja, warga yang telah kesal melempari dan mendobrak jendela dimana lurah bersembunyi. Bahkan warga sampai nekat naik tangga, agar dapat mendobrak terali besi serta dinding kantor lurah yang dibangun dalam bentuk panggung dan permanen itu.

            Usaha tersebut membuahkan hasil, terali dan dinding bangunan yang dibangun dengan menggunakan dana APBD tersebut berhasil dijebol sehingga warga dengan leluasa dapat melemparai keduanya yang sudah ketakutan dan tak berdaya. Lemparan batu dan pukulan kayu pun bersarang dikepala dan tubuh keduanya, hingga darah segar membasahi baju dinas lurah.

            Aparat kepolisian dan anggota TNI dari Koramil Prabumulih tak dapat berbuat banyak dengan aksi warga itu. Pasalnya, ketika polisi mencoba menghalangi emosi warga justru semakin memuncak.

            Selanjutnya, diduga lantaran tak tahan lagi menjadi bulan-bulanan massa, Eka Samindra berusaha menyelamatkan diri dengan berlari keluar dari kantor lurah diikuti oleh Lurah Payuputat. Hal itu kian menyulut emosi warga, warga langsung melemparinya dan memukulinya dengan kayu serta besi. Melihat aksi itu, Kapolres Prabumulih langsung berusaha menyelamatakannya, akibatnya orang nomor satu di Polres Prabumulih itu juga tak luput dari aksi pelemparan dan pemukulan yang dilakukan warga.

            Untuk menenangkan massa, polisi pun memberikan tembakan peringatan ke udara tapi emosi warga tak terbendung lagi warga terus mengejar dan memukuli keduanya. Eka berhasil diselamatkan masuk kedalam mobil, tapi nahas bagi Lurah dirinya justru terkepung massa. Hingga akhirnya dirinya memilih untuk menyelamatkan diri dengan masuk kedalam lebak yang ada dipinggir ruas jalan didepan kantor lurah.

            Warga yang emosi terus memukulinya dan menusuk-nusuknya dengan menggunakan kayu. Hingga akhirnya dirinya diselamatakan oleh aparat kepolisian, dirinya langsung dimasukkan kedalam mobil dan dibawa ke RS Pertamina Prabumulih.

Warga Mengaku Kesal, Ratusan Tanah Ulayat di Jual oleh Lurah
Aksi amuk massa yang nyaris menewaskan Prana Desta SIP, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, belakangan diketahui pemicunya bermula ketika warga mengetahui bahwa tanah ulayat serta tanah milik mereka telah terjual.

Ironisnya, menurut informasi yang mereka dapat proses jual beli tanah tersebut justru diketahui oleh lurah. Warga mengaku telah mempertanyakan hal tersebut kepada lurah, namun mereka justru mendapatkan jawaban yang tidak sesuai yang mereka harapkan. Puncaknya, kemarin siang sekitar pukul 14.00 WIB antara penjual dan pembeli tengah mengurus surat keterangan jual beli dikantor lurah.

            Mendengar hal itu, sejumlah warga mendatangi kantor lurah untuk mengetahui secara pasti kebenarannya. Namun ketika warga berdatangan, mereka justru disuruh pulang kerumah masing-masing dan ketika itu menurut salah seorang warga lurah sempat mengatakan urusan jual beli tanah tersebut biar dirinya yang mengurus.

            Diduga akibat perkataan itulah, warga menjadi emosi dan dari mulut kemulut informasi itu nyampai hamper keseluruh warga kelurahan yang berjarak 25 km dari pusat kota itu. Dalam waktu sekejap, ratusan warga ramai mengepung kantor lurah dan tidak tahu siapa yang memulai keadaan tiba-tiba memanas.

            Warga mulai berbuat anarkis, dengan menghancurkan peralatan kerja yang ada dikantor milik pemerintah itu. Tidak hanya sebatas itu saja, warga juga mulai memukuli lurah dan penjual tanah tersebut. Beruntung ketika itu, ada warga yang menyelamatkannya kedua orang tersebut langsung diselamatkan dengan dimasukkan kedalam ruang kerja sekretaris lurah.

            Salah seorang warga bernama Rusman mengatakan, berdasarkan data yang didapat tanah milik warga dan ulayat tersebut dijual 3 tahap yakni tahap pertama tanah dikawasan Lontar seluas 150 hektar dengan harga yang terterang dalam surat jual beli Rp750 juta, tanah dikawasan Bujuk 250 hektar dan dikawasan Lematang seluas 520 hektar.

            “Tanah itu dijualnya sebanyak 3 lokal (tahap) di Lontar 150 hektar, bujuk 250 hektar dan lematang 520 hektar ini kami ado buktinyo surat keterangan jual belinya disini jelas proses jual beli ini diketahui oleh lurah dan dijual oleh Eka Samindra yang sekarang ada didalam kantor lurah,” ujarnya.

            Sementara warga lainnya yang enggan menyebutkan namanya menuturkan, berdasarkan surat jual beli yang mereka kantongi ada 3 orang yang membeli lahan yang dijual Eka bekerjasama dengan lurah yakni BS, YO yang diduga merupakan perwira menengah di Polres Prabumulih dan MA yang terkenal sebagai tokeh getah.

            “Disinini masih banyak owong yang hidup saro, enjukan bae tanah itu samo warga itukan tanah ulayat jugo. Kurang kurang tanah warga nian lah dijualkenyo pulo oleh lurah itu, hebat nian dio dikironyo kami ini buto apo,” tukasnya.

         Senada diungkapkan Mat Lekat, Ketua RT 2 RW 6 Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat. Mat Lekat mengatakan, ratusan tahan yang ada dikawasan tersebut telah dijual oleh lurah kepada Eka. “Kami baru tahu ketika dia mau menggarap lahan tersebut,” tandasnya.

Tak Gubris Kehadiran Wakil walikota
Untuk menenangkan warga yang tengah emosi, Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyah Fikri SH, mendatangi lokasi  kejadian. Tapi sayangnya, kehadiran orang nomnor 2 di Pemkot Prabumulih ini sama sekali tak digubris oleh warga Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat.

Warga berkeyakinan, kehadiran wawako hanya untuk menenangkan mereka saja bukan untuk menyelesaikan persoalan yang telah terjadi. Oleh karenanya, ketika wawako menanyakan apa permintaan warga dalam penyelesaian kasus tersebut warga dengan tegas menginginkan lurah mati. “Kami ingin lurah mati Cuma itu saja, sudah itu kami ingin agar tanah kami dikembalikan lagi dan surat jual beli tidak sah,” teriak warga dengan nada emosi.

Mendengar pernyataan warga tersebut, wawako tak dapat berbuat apapun bahkan kelang beberapa jam kemudian, wawako memilih untuk meninggalkan lokasi kejadian mengingat kondisi yang sudah tidak kondusif lagi.

Sementara itu ketika wartawan mencoba mengkonfirmasi perihal kejadian tersebut kepada Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag, orang nomor 1 di Polres Prabumulih itu enggan berkomentar (abu)