Prabumulih,
Palembang Pos.-
Diduga gara-gara menjual tanah
seluas 700 hektar yang merupakan milik warga serta tanah ulayat alias tanah
marga, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumuliuh,
Prana Desta SIP dan seorang warga bernama Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I
Desa Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, nyaris tewas akibat diamuk
ratusan warga Kelurahan Payuputat.
Keduanya
terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Prabumulih, dengan kondisi setengah
sadar akibat mengalami trauma serta mengalami luka robek pada bagian kepala
serta luka lebam disekujur tubuh akibat terkena lemparan batu dan dipukul
dengan menggunakan kayu dan besi.
Pantauan
dilapangan, warga yang mengamuk terlihat mengepung ruang Sekretaris Lurah
(Seklur) dimana didalam ruangan tersebut, terdapat lurah dan Eka Samindra. Warga
yang emosi, mencoba mendobrak masuk namun langkah tersebut diahalangi anggota
Polres Prabumulih yang dipimpin langsung oleh Kapolres Prabumulih, AKBP Yerry
OSkag SIK.
Warga
yang telah emosi tidak tinggal diam begitu saja, warga yang telah kesal
melempari dan mendobrak jendela dimana lurah bersembunyi. Bahkan warga sampai
nekat naik tangga, agar dapat mendobrak terali besi serta dinding kantor lurah
yang dibangun dalam bentuk panggung dan permanen itu.
Usaha
tersebut membuahkan hasil, terali dan dinding bangunan yang dibangun dengan
menggunakan dana APBD tersebut berhasil dijebol sehingga warga dengan leluasa
dapat melemparai keduanya yang sudah ketakutan dan tak berdaya. Lemparan batu
dan pukulan kayu pun bersarang dikepala dan tubuh keduanya, hingga darah segar
membasahi baju dinas lurah.
Aparat
kepolisian dan anggota TNI dari Koramil Prabumulih tak dapat berbuat banyak
dengan aksi warga itu. Pasalnya, ketika polisi mencoba menghalangi emosi warga
justru semakin memuncak.
Selanjutnya,
diduga lantaran tak tahan lagi menjadi bulan-bulanan massa, Eka Samindra
berusaha menyelamatkan diri dengan berlari keluar dari kantor lurah diikuti
oleh Lurah Payuputat. Hal itu kian menyulut emosi warga, warga langsung
melemparinya dan memukulinya dengan kayu serta besi. Melihat aksi itu, Kapolres
Prabumulih langsung berusaha menyelamatakannya, akibatnya orang nomor satu di
Polres Prabumulih itu juga tak luput dari aksi pelemparan dan pemukulan yang
dilakukan warga.
Untuk
menenangkan massa, polisi pun memberikan tembakan peringatan ke udara tapi
emosi warga tak terbendung lagi warga terus mengejar dan memukuli keduanya. Eka
berhasil diselamatkan masuk kedalam mobil, tapi nahas bagi Lurah dirinya justru
terkepung massa. Hingga akhirnya dirinya memilih untuk menyelamatkan diri
dengan masuk kedalam lebak yang ada dipinggir ruas jalan didepan kantor lurah.
Warga
yang emosi terus memukulinya dan menusuk-nusuknya dengan menggunakan kayu. Hingga
akhirnya dirinya diselamatakan oleh aparat kepolisian, dirinya langsung
dimasukkan kedalam mobil dan dibawa ke RS Pertamina Prabumulih.
Warga
Mengaku Kesal, Ratusan Tanah Ulayat di Jual oleh Lurah
Aksi amuk massa
yang nyaris menewaskan Prana Desta SIP, Lurah Kelurahan Payuputat Kecamatan
Prabumulih Barat Kota Prabumulih dan Eka Samindra, SH (48), warga Dusun I Desa
Lembak Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim, belakangan diketahui pemicunya
bermula ketika warga mengetahui bahwa tanah ulayat serta tanah milik mereka
telah terjual.
Ironisnya,
menurut informasi yang mereka dapat proses jual beli tanah tersebut justru
diketahui oleh lurah. Warga mengaku
telah mempertanyakan hal tersebut kepada lurah, namun mereka justru mendapatkan
jawaban yang tidak sesuai yang mereka harapkan. Puncaknya, kemarin siang
sekitar pukul 14.00 WIB antara penjual dan pembeli tengah mengurus surat
keterangan jual beli dikantor lurah.
Mendengar
hal itu, sejumlah warga mendatangi kantor lurah untuk mengetahui secara pasti
kebenarannya. Namun ketika warga berdatangan, mereka justru disuruh pulang
kerumah masing-masing dan ketika itu menurut salah seorang warga lurah sempat
mengatakan urusan jual beli tanah tersebut biar dirinya yang mengurus.
Diduga
akibat perkataan itulah, warga menjadi emosi dan dari mulut kemulut informasi
itu nyampai hamper keseluruh warga kelurahan yang berjarak 25 km dari pusat
kota itu. Dalam waktu sekejap, ratusan warga ramai mengepung kantor lurah dan
tidak tahu siapa yang memulai keadaan tiba-tiba memanas.
Warga
mulai berbuat anarkis, dengan menghancurkan peralatan kerja yang ada dikantor
milik pemerintah itu. Tidak hanya sebatas itu saja, warga juga mulai memukuli
lurah dan penjual tanah tersebut. Beruntung ketika itu, ada warga yang
menyelamatkannya kedua orang tersebut langsung diselamatkan dengan dimasukkan
kedalam ruang kerja sekretaris lurah.
Salah
seorang warga bernama Rusman mengatakan, berdasarkan data yang didapat tanah
milik warga dan ulayat tersebut dijual 3 tahap yakni tahap pertama tanah
dikawasan Lontar seluas 150 hektar dengan harga yang terterang dalam surat jual
beli Rp750 juta, tanah dikawasan Bujuk 250 hektar dan dikawasan Lematang seluas
520 hektar.
“Tanah
itu dijualnya sebanyak 3 lokal (tahap) di Lontar 150 hektar, bujuk 250 hektar
dan lematang 520 hektar ini kami ado buktinyo surat keterangan jual belinya
disini jelas proses jual beli ini diketahui oleh lurah dan dijual oleh Eka
Samindra yang sekarang ada didalam kantor lurah,” ujarnya.
Sementara
warga lainnya yang enggan menyebutkan namanya menuturkan, berdasarkan surat
jual beli yang mereka kantongi ada 3 orang yang membeli lahan yang dijual Eka bekerjasama
dengan lurah yakni BS, YO yang diduga merupakan perwira menengah di Polres
Prabumulih dan MA yang terkenal sebagai tokeh getah.
“Disinini
masih banyak owong yang hidup saro, enjukan bae tanah itu samo warga itukan
tanah ulayat jugo. Kurang kurang tanah warga nian lah dijualkenyo pulo oleh
lurah itu, hebat nian dio dikironyo kami ini buto apo,” tukasnya.
Senada
diungkapkan Mat Lekat, Ketua RT 2 RW 6 Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih
Barat. Mat Lekat mengatakan, ratusan tahan yang ada dikawasan tersebut telah
dijual oleh lurah kepada Eka. “Kami baru tahu ketika dia mau menggarap lahan
tersebut,” tandasnya.
Tak
Gubris Kehadiran Wakil walikota
Untuk
menenangkan warga yang tengah emosi, Wakil Walikota Prabumulih, Andriansyah
Fikri SH, mendatangi lokasi kejadian. Tapi
sayangnya, kehadiran orang nomnor 2 di Pemkot Prabumulih ini sama sekali tak
digubris oleh warga Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat.
Warga
berkeyakinan, kehadiran wawako hanya untuk menenangkan mereka saja bukan untuk
menyelesaikan persoalan yang telah terjadi. Oleh karenanya, ketika wawako
menanyakan apa permintaan warga dalam penyelesaian kasus tersebut warga dengan
tegas menginginkan lurah mati. “Kami ingin
lurah mati Cuma itu saja, sudah itu kami ingin agar tanah kami dikembalikan
lagi dan surat jual beli tidak sah,” teriak warga dengan nada emosi.
Mendengar pernyataan
warga tersebut, wawako tak dapat berbuat apapun bahkan kelang beberapa jam
kemudian, wawako memilih untuk meninggalkan lokasi kejadian mengingat kondisi
yang sudah tidak kondusif lagi.
Sementara
itu ketika wartawan mencoba mengkonfirmasi perihal kejadian tersebut
kepada Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag, orang nomor 1 di Polres
Prabumulih itu enggan berkomentar (abu)